Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil mengatakan Pemprov Jawa Barat sedang merencanakan pergeseran Stasiun Kereta Api Cimekar di kawasan Gedebage, Kota Bandung, untuk penyediaan sarana Light Rail Transit (LRT) penyambung Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Tegalluar ke Stasiun Bandung.
"Stasiun Cimekar yang selama ini digunakan oleh kereta api Bandung Raya dan kereta lokal lainnya, rencananya akan digeser ke depan Masjid Al-Jabbar," kata Gubernur Emil seusai Rapat Pimpinan di Gedung Sate Bandung, Senin.
Dia mengatakan rencana pergeseran tersebut juga untuk menyediakan akses ke masjid yang tengah didirikan di atas danau tersebut dan akses ke Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Tegalluar.
"Tadi kami membahas percepatan rencana kereta api cepat, laporan terakhir, Juni 2021 akan selesai. Jalur penyambungnya LRT dari Tegalluar ke Kota Bandung juga nanti kita kebut supaya bisa dipilih teknologinya jalannya seperti apa," kata dia.
Ia mengatakan nantinya akan ada stasiun khusus untuk LRT ini dan Pemprov Jawa Barat sudah minta izin kepada Kementerian Perhubungan untuk menggeser Stasiun Cimekar ke depan Masjid Al-Jabbar.
"Sehingga orang nanti bisa ke masjid lewat kereta, keluar kereta jalan kaki ke masjid Al-Jabbar yang ada danau kecilnya, kira-kira begitu. Ini juga akan kita bahas bagian dari jalur LRT," katanya.
Menurut dia, secara teknis belum mengetahui apakah menggunakan kereta yang ada dengan mengkoneksi dari jalur kereta itu atau membuat jalur khusus dan teknologi keretanya pun belum dibahas mendalam.
"Dan ada ada opsi daripada bikin jalur baru, mending manfaatkan aja jalur kereta. Kan tinggal di-connect ke depan masjid, dari situ ke Kebon Kawung ke pusat Kota Bandung. Belum tahu pasti rel keretanya," katanya.
Terkait reaktivasi jalur kereta api, katanya, jalur yang sedang direaktivasi dan segera dioperasikan tahun ini adalah jalur Cibatu-Garut dan barulah selanjutnya reaktivasi jalur Rancaekek-Tanjungsari.
"Perkembangnya yang Garut sudah mau selesai tahun ini. Jadi tinggal Jatinangor, kemudian Banjar-Pangandaran. Dan yang paling menantang tentunya adalah jalur dari Bandung ke Ciwidey," katanya.
Hal ini terlihat dari hasil survei dan pemetaan, menurut Emil, memang di atas jalur Bandung-Ciwidey sudah dibangun pabrik, toko, dan rumah dan ini semakin menyulitkan reaktivasi jalur tersebut.
Ditempat yang sama Sekda Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan pembangunan sistem LRT atau teknologi kereta lainnya dari Tegalluar ke Stasiun Bandung ini harus dikaji mendalam dan jangan sampai setelah jadi, malah menimbulkan masalah keuangan seperti yang terjadi pada LRT di Sumatera Selatan.
"Tadi hasil rapat sementara ini dan beberapa kajian, dan juga pengalaman yang terjadi di Sumatera Selatan itu ternyata menimbulkan beban biaya yang cukup signifikan sehingga menjadi beban APBN maupun APBD," kata dia.
"Oleh karena itu di sini didasarkan kajian, dimungkinkan nanti teknologi dan juga kecepatan dan lain sebagainya Itu bisa memungkinkan," lanjut Iwa.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Stasiun Cimekar yang selama ini digunakan oleh kereta api Bandung Raya dan kereta lokal lainnya, rencananya akan digeser ke depan Masjid Al-Jabbar," kata Gubernur Emil seusai Rapat Pimpinan di Gedung Sate Bandung, Senin.
Dia mengatakan rencana pergeseran tersebut juga untuk menyediakan akses ke masjid yang tengah didirikan di atas danau tersebut dan akses ke Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Tegalluar.
"Tadi kami membahas percepatan rencana kereta api cepat, laporan terakhir, Juni 2021 akan selesai. Jalur penyambungnya LRT dari Tegalluar ke Kota Bandung juga nanti kita kebut supaya bisa dipilih teknologinya jalannya seperti apa," kata dia.
Ia mengatakan nantinya akan ada stasiun khusus untuk LRT ini dan Pemprov Jawa Barat sudah minta izin kepada Kementerian Perhubungan untuk menggeser Stasiun Cimekar ke depan Masjid Al-Jabbar.
"Sehingga orang nanti bisa ke masjid lewat kereta, keluar kereta jalan kaki ke masjid Al-Jabbar yang ada danau kecilnya, kira-kira begitu. Ini juga akan kita bahas bagian dari jalur LRT," katanya.
Menurut dia, secara teknis belum mengetahui apakah menggunakan kereta yang ada dengan mengkoneksi dari jalur kereta itu atau membuat jalur khusus dan teknologi keretanya pun belum dibahas mendalam.
"Dan ada ada opsi daripada bikin jalur baru, mending manfaatkan aja jalur kereta. Kan tinggal di-connect ke depan masjid, dari situ ke Kebon Kawung ke pusat Kota Bandung. Belum tahu pasti rel keretanya," katanya.
Terkait reaktivasi jalur kereta api, katanya, jalur yang sedang direaktivasi dan segera dioperasikan tahun ini adalah jalur Cibatu-Garut dan barulah selanjutnya reaktivasi jalur Rancaekek-Tanjungsari.
"Perkembangnya yang Garut sudah mau selesai tahun ini. Jadi tinggal Jatinangor, kemudian Banjar-Pangandaran. Dan yang paling menantang tentunya adalah jalur dari Bandung ke Ciwidey," katanya.
Hal ini terlihat dari hasil survei dan pemetaan, menurut Emil, memang di atas jalur Bandung-Ciwidey sudah dibangun pabrik, toko, dan rumah dan ini semakin menyulitkan reaktivasi jalur tersebut.
Ditempat yang sama Sekda Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan pembangunan sistem LRT atau teknologi kereta lainnya dari Tegalluar ke Stasiun Bandung ini harus dikaji mendalam dan jangan sampai setelah jadi, malah menimbulkan masalah keuangan seperti yang terjadi pada LRT di Sumatera Selatan.
"Tadi hasil rapat sementara ini dan beberapa kajian, dan juga pengalaman yang terjadi di Sumatera Selatan itu ternyata menimbulkan beban biaya yang cukup signifikan sehingga menjadi beban APBN maupun APBD," kata dia.
"Oleh karena itu di sini didasarkan kajian, dimungkinkan nanti teknologi dan juga kecepatan dan lain sebagainya Itu bisa memungkinkan," lanjut Iwa.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019