Kelompok produsen mobil di Korea Selatan meminta pemerintah mengakhiri program subsidi penjualan mobil listrik asal China, karena dapat mengancam industri otomotif lokal.
"Para pembuat mobil China, yang mengalami kesulitan di dalam negeri, diperkirakan akan mengalihkan tujuan mereka ke pasar Korea yang berdekatan," kata Ketua Asosiasi Produsen Otomotif Korea Selatan, Jeong Marn-ki, dilansir Reuters, Sabtu (4/5).
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang menawarkan subsidi tertinggi untuk mobil listrik, kata pejabat industri.
Pembuat mobil China termasuk BYD, mendapat hampir 40 persen dari 16,5 juta dolar AS dalam program subsidi itu, menurut data industri.
Sebaliknya, saat mobil listrik China mendapat subsidi di Korea Selatan, namun baterai mobil listrik asal Korea Selatan dianggap tidak memenuhi syarat di China.
"China telah menciptakan lapangan permainan yang tidak merata untuk merek asing," kata Jeong. "Hubungan internasional harus didasarkan pada prinsip timbal balik. Jika Beijing menggunakan pisau, kita juga harus menggunakan pisau."
Jeong juga berharap agar Amerika Serikat membebaskan Korea Selatan dari potensi tarif kendaraan impor. Presiden AS Donald Trump mengancam akan menarik tarif 25 persen untuk kendaraan impor dan suku cadang mobil.
"Saya optimis tentang keputusan itu. Tetapi siapa yang tahu? Trump tidak dapat diprediksi," kata Jeong.
Baca juga: Toyota Indonesia gencar tampilkan kendaraan hibrid
Baca juga: Taksi listrik dan taksi konvensional milik Blue Bird sama tarifnya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Para pembuat mobil China, yang mengalami kesulitan di dalam negeri, diperkirakan akan mengalihkan tujuan mereka ke pasar Korea yang berdekatan," kata Ketua Asosiasi Produsen Otomotif Korea Selatan, Jeong Marn-ki, dilansir Reuters, Sabtu (4/5).
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang menawarkan subsidi tertinggi untuk mobil listrik, kata pejabat industri.
Pembuat mobil China termasuk BYD, mendapat hampir 40 persen dari 16,5 juta dolar AS dalam program subsidi itu, menurut data industri.
Sebaliknya, saat mobil listrik China mendapat subsidi di Korea Selatan, namun baterai mobil listrik asal Korea Selatan dianggap tidak memenuhi syarat di China.
"China telah menciptakan lapangan permainan yang tidak merata untuk merek asing," kata Jeong. "Hubungan internasional harus didasarkan pada prinsip timbal balik. Jika Beijing menggunakan pisau, kita juga harus menggunakan pisau."
Jeong juga berharap agar Amerika Serikat membebaskan Korea Selatan dari potensi tarif kendaraan impor. Presiden AS Donald Trump mengancam akan menarik tarif 25 persen untuk kendaraan impor dan suku cadang mobil.
"Saya optimis tentang keputusan itu. Tetapi siapa yang tahu? Trump tidak dapat diprediksi," kata Jeong.
Baca juga: Toyota Indonesia gencar tampilkan kendaraan hibrid
Baca juga: Taksi listrik dan taksi konvensional milik Blue Bird sama tarifnya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019