Bandung (Antaranews Jabar) - Pemprov Jawa Barat menggandeng Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) untuk para petani sampai barista kopi di Jawa Barat (Jabar) agar menghasilkan kopi asal provinsi itu yang berstandar tinggi baik dalam hal kualitas dan kuantitas.
Gubernur Jabar M Ridwan Kamil atau Emil, di Bandung, Kamis, mengatakan, SCAI memberikan sejumlah catatan terkait kopi asal Jabar seperti kurang maksimalnya ekosistem perkopian di provinsi tersebut.
"Kemudian bibit yang tidak masuk standar, teknik memanen yang asal-asalan, dan teknik pemrosesan yang tidak masuk standardisasi, menjadi penghalang kopi Jabar untuk mendunia," kata dia.
Mayoritas petani kopi di Jawa Barat masih menggunakan bibit pohon kopi yang belum bersertifikat, pemanenan secara asal-asalan, dan teknik pemerosesan kopi yang belum optimal.
Oleh karena itu kopi asal Jabar atau java preanger belum bisa secara konsisten mempertahankan kualitas dan kuantitasnya.
Gubernur Emil mengatakan dengan pengelolaan yang tidak berdasarkan pengetahuan maka rasa kopi Jawa Barat tidak pernah konsisten jika diekspor.
Padahal, kopi Jawa Barat disebut sebagai kopi paling baik yang ditunjang potensi geografis paling baik namun belum menghasilkan kopi yang menurut para ekspert ini bisa jauh lebih berkualitas.
"Jadi yang sama dengan Jabar itu hanya Papua, menurut mereka. Nah karena itu saya memutuskan bersama asosiasi ini akan bikin lembaga kurasi dan sertifikasi kopi," kata dia.
"Sehingga nanti akan dikasih sertifikat yang bibitnya bagus dan yang biasa jadi sebuah penilaian. Nanti teknik memanennya juga dikasih sertifikat," kata dia.
Dia menjelaskan saat memanen banyak petani yang memanen secara kasar tanpa pemilahan warna buah ceri kopi antara yang merah dengan yang hijau dan masih banyak juga yang menjualnya langsung tanpa pengolahan dan kepada tengkulak.
"Hal itu yang menyebabkan orang Korea semangat bikin sekolah kopi di Jabar. Jadi semua itu melihat potensi besar, tapi pola perilaku mengolah memproses tidak ada standar yang baik," katanya.
Baca juga: Jabar-Korea akan kerja sama dirikan sekolah kopi internasional
Emil mengatakan dirinya bertekad selama lima tahun kopi Jawa Barat harus punya tiga nilai seperti kualitasnya seragam dan terbaik karena cuacanya paling memungkinkan.
"Yang kedua, brand menjadi lebih beken lagi. Ketiga, menyejahterakan petani karena kualitas yang baik menghasilkan ekonomi yang baik," kata dia.
"Namun sayang ini anugerah ekonomi luar biasa tapi caranya dan ilmunya gak lengkap. Jadi kalau kualitasnya baik maka pembeli dunia akan percaya, bukan katanya," lanjut dia.
Sementara itu, Ketua SCAI Syafrudin, mengatakan pihaknya memiliki perangkat edukasi dari hulu sampai hilir mengenai perkopian.
Selain itu, pihaknya siap bersama gubernur untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi Jawa Barat.
"Kopi Jabar kita lihat banyak diangkut ke Sumatera, diberi brand daerah Sumatera, itu tidak betul. Kita harus lebih memunculkan standar kopi asli Jabar karena kopi ini disukai di dunia," ujar Syafrudin.
Baca juga: DPRD Jabar respon positif rencana Sekolah Kopi Internasional
Baca juga: Perlu anak muda kembangkan masa depan perkebunan kopi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
Gubernur Jabar M Ridwan Kamil atau Emil, di Bandung, Kamis, mengatakan, SCAI memberikan sejumlah catatan terkait kopi asal Jabar seperti kurang maksimalnya ekosistem perkopian di provinsi tersebut.
"Kemudian bibit yang tidak masuk standar, teknik memanen yang asal-asalan, dan teknik pemrosesan yang tidak masuk standardisasi, menjadi penghalang kopi Jabar untuk mendunia," kata dia.
Mayoritas petani kopi di Jawa Barat masih menggunakan bibit pohon kopi yang belum bersertifikat, pemanenan secara asal-asalan, dan teknik pemerosesan kopi yang belum optimal.
Oleh karena itu kopi asal Jabar atau java preanger belum bisa secara konsisten mempertahankan kualitas dan kuantitasnya.
Gubernur Emil mengatakan dengan pengelolaan yang tidak berdasarkan pengetahuan maka rasa kopi Jawa Barat tidak pernah konsisten jika diekspor.
Padahal, kopi Jawa Barat disebut sebagai kopi paling baik yang ditunjang potensi geografis paling baik namun belum menghasilkan kopi yang menurut para ekspert ini bisa jauh lebih berkualitas.
"Jadi yang sama dengan Jabar itu hanya Papua, menurut mereka. Nah karena itu saya memutuskan bersama asosiasi ini akan bikin lembaga kurasi dan sertifikasi kopi," kata dia.
"Sehingga nanti akan dikasih sertifikat yang bibitnya bagus dan yang biasa jadi sebuah penilaian. Nanti teknik memanennya juga dikasih sertifikat," kata dia.
Dia menjelaskan saat memanen banyak petani yang memanen secara kasar tanpa pemilahan warna buah ceri kopi antara yang merah dengan yang hijau dan masih banyak juga yang menjualnya langsung tanpa pengolahan dan kepada tengkulak.
"Hal itu yang menyebabkan orang Korea semangat bikin sekolah kopi di Jabar. Jadi semua itu melihat potensi besar, tapi pola perilaku mengolah memproses tidak ada standar yang baik," katanya.
Baca juga: Jabar-Korea akan kerja sama dirikan sekolah kopi internasional
Emil mengatakan dirinya bertekad selama lima tahun kopi Jawa Barat harus punya tiga nilai seperti kualitasnya seragam dan terbaik karena cuacanya paling memungkinkan.
"Yang kedua, brand menjadi lebih beken lagi. Ketiga, menyejahterakan petani karena kualitas yang baik menghasilkan ekonomi yang baik," kata dia.
"Namun sayang ini anugerah ekonomi luar biasa tapi caranya dan ilmunya gak lengkap. Jadi kalau kualitasnya baik maka pembeli dunia akan percaya, bukan katanya," lanjut dia.
Sementara itu, Ketua SCAI Syafrudin, mengatakan pihaknya memiliki perangkat edukasi dari hulu sampai hilir mengenai perkopian.
Selain itu, pihaknya siap bersama gubernur untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi Jawa Barat.
"Kopi Jabar kita lihat banyak diangkut ke Sumatera, diberi brand daerah Sumatera, itu tidak betul. Kita harus lebih memunculkan standar kopi asli Jabar karena kopi ini disukai di dunia," ujar Syafrudin.
Baca juga: DPRD Jabar respon positif rencana Sekolah Kopi Internasional
Baca juga: Perlu anak muda kembangkan masa depan perkebunan kopi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019