Bandung (Antaranews Jabar) - Harga daging ayam di Kota Bandung mencapai Rp.40.000 per kilogram atau masih dalam kondisi harga yang tinggi dari harga normal yakni sekitar Rp.32.000 per kilogram, tapi sudah turun dibandingkan beberapa hari sebelumnya yang pernah Rp 45.000.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung Eric M. Attaurik, mengatakan kenaikan harga ayam disebabkan disebabkan makin tingginya biaya pokok produksi di tingkat peternak.
"Ada suasana berkaitan dengan kenaikan harga dolar otomatis berpengaruh terhadap harga pakan dan juga DOC (Day Of Chicken) yang memang masih sangat berpengaruh terhadap dolar. Sehingga hal itu, dampaknya adanya kenaikan dari harga peternak," ujar Eric di Bandung, Selasa.
Eric mengatakan, meski tergolong masih tinggi, namun harga Rp.40.000 per kilogram tersebut mengalami penurunan jika dibanding beberapa hari kebelakang yang mencapai Rp.42.000 hingga Rp.45.000 per kilo.
Ia yakin, kenaikan ini bukan disebabkan oleh faktor spekulan, namun lebih kepada kenaikan harga produksi di tingkat peternak.
"Bukan spekulan kami belum menerima informasi dari satgas pangan, yang jelas mereka melakukan pemantauan," kata dia.
Menurutnya, kebutuhan daging ayam di Kota Bandung mencapai 800 ribu ekor per hari, dengan rincian 600 ribu ekor ayam boiler dan sisanya 200 ribu ekor ayam pejantan.
Pemkot memastikan akan terus melakukan pemantauan terhadap harga daging ayam. Ia berharap tidak ada oknum yang memanfaatkan situasi dengan menahan barang dan menaikkan harga untuk mencari keuntungan lebih.
"Kita akan tetap koordinasi dengan Satgas Pangan agar diteliti titik mana yang mengambil keuntungan besar. Kalau ditemukan kita putus mata rantainya," kata dia.
Untuk harga komoditas yang lain, kata dia, seperti beras, daging sapi, minyak goreng, dan telur relatif stabil, selain itu pasokannya pun aman. Adapun, yang masih naik adalah bawang putih dan cabai rawit.
"Lebih sifatnya moda transportasi karena kemaren libur panjang. Distribusi agak terhambat, diposisi weekend terhambat namun ke depannya mudah-mudahan stabil," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung Eric M. Attaurik, mengatakan kenaikan harga ayam disebabkan disebabkan makin tingginya biaya pokok produksi di tingkat peternak.
"Ada suasana berkaitan dengan kenaikan harga dolar otomatis berpengaruh terhadap harga pakan dan juga DOC (Day Of Chicken) yang memang masih sangat berpengaruh terhadap dolar. Sehingga hal itu, dampaknya adanya kenaikan dari harga peternak," ujar Eric di Bandung, Selasa.
Eric mengatakan, meski tergolong masih tinggi, namun harga Rp.40.000 per kilogram tersebut mengalami penurunan jika dibanding beberapa hari kebelakang yang mencapai Rp.42.000 hingga Rp.45.000 per kilo.
Ia yakin, kenaikan ini bukan disebabkan oleh faktor spekulan, namun lebih kepada kenaikan harga produksi di tingkat peternak.
"Bukan spekulan kami belum menerima informasi dari satgas pangan, yang jelas mereka melakukan pemantauan," kata dia.
Menurutnya, kebutuhan daging ayam di Kota Bandung mencapai 800 ribu ekor per hari, dengan rincian 600 ribu ekor ayam boiler dan sisanya 200 ribu ekor ayam pejantan.
Pemkot memastikan akan terus melakukan pemantauan terhadap harga daging ayam. Ia berharap tidak ada oknum yang memanfaatkan situasi dengan menahan barang dan menaikkan harga untuk mencari keuntungan lebih.
"Kita akan tetap koordinasi dengan Satgas Pangan agar diteliti titik mana yang mengambil keuntungan besar. Kalau ditemukan kita putus mata rantainya," kata dia.
Untuk harga komoditas yang lain, kata dia, seperti beras, daging sapi, minyak goreng, dan telur relatif stabil, selain itu pasokannya pun aman. Adapun, yang masih naik adalah bawang putih dan cabai rawit.
"Lebih sifatnya moda transportasi karena kemaren libur panjang. Distribusi agak terhambat, diposisi weekend terhambat namun ke depannya mudah-mudahan stabil," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018