Garut (Antaranews Jabar) - Petani Kabupaten Garut, Jawa Barat, belum mampu memproduksi bawang putih untuk memenuhi permintaan pasar lokal karena dianggap tidak memberikan keuntungan dibandingkan menanam jenis sayuran lainnya, akibatnya bawang putih harus didatangkan dari luar kota bahkan impor.
"Bawang yang dijual di kita masih impor karena Garut belum mampu memproduksi bawang putih," kata Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga, kepada wartawan di Garut, Kamis.
Ia menuturkan Kabupaten Garut merupakan daerah pertanian dengan berbagai jenis sayurannya yang selama ini mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal di Garut maupun beberapa kota besar seperti Bandung dan Jakarta.
Namun tanah yang subur di Garut ini, kata dia, ternyata tidak menjadi daya tarik para petani untuk menanam bawang putih, petani lebih cenderung menanam bawang merah dan jenis sayuran musiman lainnya.
"Banyak faktor mengapa petani tidak mau menanam bawang putih, seperti masalah kecocokan lahan, atau biayanya lebih tinggi sementara keuntungannya sama dengan menanam jenis sayuran lainnya," katanya.
Ia mengungkapkan, persoalan yang menjadi pertimbangan petani tidak mau menanam bawang putih yaitu terkait biaya atau modal tanam hingga perawatan sampai panen yang cenderung tinggi.
Bahkan petani di Garut, kata dia, membandingkannya dengan biaya untuk tanaman bawang merah dalam satu hektare dapat menghasilkan tujuh ton, sedangkan bawang putih hasilnya 4 ton sementara besaran modal dan harga jualnya sama di pasaran.
"Hasil produksinya tidak maksimal, artinya petani tidak mau menanam bawang putih karena biayanya tinggi, hasilnya sedikit," katanya.
Ia menyampaikan, persoalan produksi bawang putih itu menjadi perhatian pemerintah daerah untuk berusaha mendorong petani agar mau menanam bawang putih dengan disediakannya bibit dan lahan.
Pemerintah daerah, kata dia, sedang mencoba menanam bawang putih di lahan seluas 10 hektare di Kecamatan Bayongbong dengan harapan Garut menjadi daerah pemasok bawang putih.
"Kita coba tanam di Bayongbong, bibitnya sementara didatangkan dulu dari Lombok, sekarang sudah berjalan tiga minggu, kita tunggu hasilnya tiga bulan ke depan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Bawang yang dijual di kita masih impor karena Garut belum mampu memproduksi bawang putih," kata Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga, kepada wartawan di Garut, Kamis.
Ia menuturkan Kabupaten Garut merupakan daerah pertanian dengan berbagai jenis sayurannya yang selama ini mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal di Garut maupun beberapa kota besar seperti Bandung dan Jakarta.
Namun tanah yang subur di Garut ini, kata dia, ternyata tidak menjadi daya tarik para petani untuk menanam bawang putih, petani lebih cenderung menanam bawang merah dan jenis sayuran musiman lainnya.
"Banyak faktor mengapa petani tidak mau menanam bawang putih, seperti masalah kecocokan lahan, atau biayanya lebih tinggi sementara keuntungannya sama dengan menanam jenis sayuran lainnya," katanya.
Ia mengungkapkan, persoalan yang menjadi pertimbangan petani tidak mau menanam bawang putih yaitu terkait biaya atau modal tanam hingga perawatan sampai panen yang cenderung tinggi.
Bahkan petani di Garut, kata dia, membandingkannya dengan biaya untuk tanaman bawang merah dalam satu hektare dapat menghasilkan tujuh ton, sedangkan bawang putih hasilnya 4 ton sementara besaran modal dan harga jualnya sama di pasaran.
"Hasil produksinya tidak maksimal, artinya petani tidak mau menanam bawang putih karena biayanya tinggi, hasilnya sedikit," katanya.
Ia menyampaikan, persoalan produksi bawang putih itu menjadi perhatian pemerintah daerah untuk berusaha mendorong petani agar mau menanam bawang putih dengan disediakannya bibit dan lahan.
Pemerintah daerah, kata dia, sedang mencoba menanam bawang putih di lahan seluas 10 hektare di Kecamatan Bayongbong dengan harapan Garut menjadi daerah pemasok bawang putih.
"Kita coba tanam di Bayongbong, bibitnya sementara didatangkan dulu dari Lombok, sekarang sudah berjalan tiga minggu, kita tunggu hasilnya tiga bulan ke depan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018