Bandung (Antaranews Jabar ) - Berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung terutama mengenai solusi mengatasi Banjir dirasa belum memberikan dampak optimal, hal itu menggugah para seniman menggelar pameran seni bertema banjir.
Acara pameran banjir ini diinisiasi Ikatan Alumni Seni Rupa ITB dengan menampilkan puluhan karya dari 66 seniman Kota Bandung yang digelar di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) Jalan Naripan.
Puluhan karya yang ditampilkan menjadi semacam satire mengkritisi berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah. Beberapa objek seni juga berasal dari sampah yang terbawa oleh banjir yang terjadi disejumlah tempat.
Seniman Tisna Sanjaya mengatakan, tema banjir dimunculkan sebagai bentuk kegelisahan para seniman dengan kondisi yang terjadi di Kota Bandung. Banjir bandang Cicaheum beberapa waktu lalu menjadi momentum tercetusnya pameran tersebut.
"Fokusnya kan secara tema itu seni, budaya, dan lingkungan, jadi melalui seni dan kebudayaan, penciptaan karya seni. Dari satu tema yang sama banjir itu ingin memberikan perubahan pada lingkungan," ujar Tisna Sanjaya, Kamis.
Menurut Tisna, pengertian banjir secara fisik berupa air sudah menjadi persoalan krusial, karena saat ini semakin banyak yang terdampak ketika banjir melanda Kota Bandung.
Namun, lebih dari itu ibu kota Jawa Barat ini juga dinilainya sedang kebanjiran banyak hal. Mulai dari banjir informasi, gelombang urbanisasi, ataupun serbuan produk asing dalam berbagai bentuk yang tak mampu dibendung oleh Kota Bandung.
"Banjir bukan hanya fisik air, tapi secara simbol menjadi metafora," cetusnya.
Pameran ini menjadi lebih menarik karena ini acara pertama yang mempertemukan alumni seni rupa ITB dari angkatan "kolot" seperti A.D Pirous (1955), Sunaryo (1962) bersanding dengan angkatan yang jauh lebih muda seperti Anton Susanto (1999) dan Prilla Tania (1997).
Pengunjung akan disuguhi berbagai bentuk corak seni dan lukisan dari para seniman. Sebagai bahan edukasi, di tiap lukisan dibubuhkan keterangan mengenai makna dari sebuah karya.
Tak hanya itu, berbagai bentuk instalasi juga terpampang di beberapa bagian gedung YPK. Salah satu yang paling menyedot perhatian yakni intalasi kepala naga yang dibuat dari galon bekas hasil karya Tisna sendiri.
Karya instalasi Tisna menggambarkan seekor naga yang sedang menyedot air dari galon. Hal itu menandakan kerakusan seseorang dalam mengekpolitasi sumber daya alam tanpa memikirkan dampaknya.
Pameran yang dimulai sejak 21 hingga 28 April ini rencananya akan ditutup dengan diskusi antarpasangan Pilwalkot Bandung membahas solusi mengatasi banjir Kota Bandung.
Diskusi yang akan berlangsung pada Sabtu nanti diharapkan menjadi langkah awal terjalinnya kolaborasi antara para pemimpin daerah bersama para seniman dan budayawan dalam menyelesaikan segala permasalahan kota.
"Seniman dan budayawan bisa mendorong ke sana. Momentum ini, saya ingin mendorong antar interdisiplin," kata Tisna.
Selain itu, rencananya karya yang dipamerkan akan dilelang dan hasilnya akan disumbangkan kepada seluruh warga yang terdampak banjir Kota Bandung.
"Tentu saja, pameran sebagai pameran sudah selesai. Tapi kami ingin tidak hanya itu, tapi langsung dampaknya untuk perubahan. Kalau terjual dibagikan pada korban banjir," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
Acara pameran banjir ini diinisiasi Ikatan Alumni Seni Rupa ITB dengan menampilkan puluhan karya dari 66 seniman Kota Bandung yang digelar di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) Jalan Naripan.
Puluhan karya yang ditampilkan menjadi semacam satire mengkritisi berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah. Beberapa objek seni juga berasal dari sampah yang terbawa oleh banjir yang terjadi disejumlah tempat.
Seniman Tisna Sanjaya mengatakan, tema banjir dimunculkan sebagai bentuk kegelisahan para seniman dengan kondisi yang terjadi di Kota Bandung. Banjir bandang Cicaheum beberapa waktu lalu menjadi momentum tercetusnya pameran tersebut.
"Fokusnya kan secara tema itu seni, budaya, dan lingkungan, jadi melalui seni dan kebudayaan, penciptaan karya seni. Dari satu tema yang sama banjir itu ingin memberikan perubahan pada lingkungan," ujar Tisna Sanjaya, Kamis.
Menurut Tisna, pengertian banjir secara fisik berupa air sudah menjadi persoalan krusial, karena saat ini semakin banyak yang terdampak ketika banjir melanda Kota Bandung.
Namun, lebih dari itu ibu kota Jawa Barat ini juga dinilainya sedang kebanjiran banyak hal. Mulai dari banjir informasi, gelombang urbanisasi, ataupun serbuan produk asing dalam berbagai bentuk yang tak mampu dibendung oleh Kota Bandung.
"Banjir bukan hanya fisik air, tapi secara simbol menjadi metafora," cetusnya.
Pameran ini menjadi lebih menarik karena ini acara pertama yang mempertemukan alumni seni rupa ITB dari angkatan "kolot" seperti A.D Pirous (1955), Sunaryo (1962) bersanding dengan angkatan yang jauh lebih muda seperti Anton Susanto (1999) dan Prilla Tania (1997).
Pengunjung akan disuguhi berbagai bentuk corak seni dan lukisan dari para seniman. Sebagai bahan edukasi, di tiap lukisan dibubuhkan keterangan mengenai makna dari sebuah karya.
Tak hanya itu, berbagai bentuk instalasi juga terpampang di beberapa bagian gedung YPK. Salah satu yang paling menyedot perhatian yakni intalasi kepala naga yang dibuat dari galon bekas hasil karya Tisna sendiri.
Karya instalasi Tisna menggambarkan seekor naga yang sedang menyedot air dari galon. Hal itu menandakan kerakusan seseorang dalam mengekpolitasi sumber daya alam tanpa memikirkan dampaknya.
Pameran yang dimulai sejak 21 hingga 28 April ini rencananya akan ditutup dengan diskusi antarpasangan Pilwalkot Bandung membahas solusi mengatasi banjir Kota Bandung.
Diskusi yang akan berlangsung pada Sabtu nanti diharapkan menjadi langkah awal terjalinnya kolaborasi antara para pemimpin daerah bersama para seniman dan budayawan dalam menyelesaikan segala permasalahan kota.
"Seniman dan budayawan bisa mendorong ke sana. Momentum ini, saya ingin mendorong antar interdisiplin," kata Tisna.
Selain itu, rencananya karya yang dipamerkan akan dilelang dan hasilnya akan disumbangkan kepada seluruh warga yang terdampak banjir Kota Bandung.
"Tentu saja, pameran sebagai pameran sudah selesai. Tapi kami ingin tidak hanya itu, tapi langsung dampaknya untuk perubahan. Kalau terjual dibagikan pada korban banjir," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018