Bandung (Antaranews Jabar) - 45 pakar dari 15 negara menggelar konferensi kelautan Asia Pasifik dalam acara "Zentrum Fur Marine Tropenforchung (ZMT) Asian Regional Meeting" yang diinisiasi Universitas Padjadjaran (Unpad) pada 23 hingga 27 April.

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Yudi Nurul Ihsan, Selasa, mengatakan ada tiga isu yang akan diangkat pada konferensi ini yakni lingkungan, keanekaragaman hayati, dan kesejahteraan masyarakat.

Ketiga hal tersebut dipandang sebagai isu-isu utama permasalahan kelautan dunia hari ini.

"Kita angkat isu lingkungan terkait dengan pencemaran. Indonesia menjadi negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Itu jadi tantangan buat kita," kata Yudi.

Yudi mengatakan, selain karena pencemaran sampah plastik, kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya laut yang berlebihan juga menjadi persoalan. Hal inilah yang akan mengganggu ekosistem perikanan.

Yudi menjelaskan Indonesia merupakan jantung dunia. Oleh karena itu, Indonesia punya andil besar dalam upaya penyelamatan satwa-satwa laut di bumi.

"Ancaman terbesar kita sekarang adalah perdagangan spesies yang tidak terkendali, di samping juga pencemaran, itu ulah manusia," katanya.

Ia meyakini, seluruh kerusakan ekosistem lautan yang berimbas pada keanekaragaman hayati berasal dari faktor kesejahteraan masyarakat. Yudi berpandangan jika masyarakat lebih sejahtera, kerusakan lingkungan bisa dikurangi.

"Kalau masyarakat miskin, lingkungan akan rusak. Makanya bagaimana lingkungan tetap berkelanjutan kemudian masyarakat juga kesejahteraannya bisa diperbaiki. Kalau misalnya kesejahteraan baik mudah-mudahan lingkungannya tidak rusak," kata dia.

Ia menganggap bahwa keberpihakan masyarakat di negara-negara berkembang di Asia Pasifik masih kurang. Banyak diantara mereka yang masih menganggap bahwa laut merupakan tempat sampah raksasa di mana setiap limbah dibuang ke laut.

"Karena di negara berkembang masyarakat memanfaatkan ekosistem laut tidak terkendali. Mangrove ditebang sehingga terjadi degradasi ekosistem di laut. Itu yang akan kita selesaikan," katanya.

Gelaran forum diskusi ini diapresiasi Pemerintah Kota Bandung. Pejabat sementara Wali Kota Bandung, Muhammad Solihin mengatakan, kegiatan yang digelar pertama kali di Asia ini merupakan wujud partisipasi aktif dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Menurutnya, hal itu sejalan dengan nafas semangat Konferensi Asia Afrika yang mengharuskan Indonesia menjadi penghubung negara-negara di dunia untuk bersatu dalam memperjuangkan kebaikan.

"Upaya Unpad dan ZMT dalam menginisiasi kolaborasi di negara-negara tropis untuk memberikan kontribusi terhadap perlindungan dan pemanfaatan berkelanjuan ekosistem pesisir patut kita apresiasi dan kita dukung penuh," katanya. Budi Suyanto

 

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018