Bandung (Antaranews Jabar) - Untuk membendung maraknya buah impor mesti dilakukan secara keroyokan, karena persoalannya bukan ketidakmampuan teknis di kalangan peneliti, kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Enny Sudarmonowati.

"Sebenarnya kemampuan teknis itu ada," kata Enny Sudarmono di sela "Workshop Perlindungan Varietas Tanaman" di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa.

Namun, kata dia, soal impor itu juga terkait bisnis swasta yang juga menyangkut berbagai hal. Makanya, untuk membendung buah impor juga mesti melibatkan pihak swasta yang harus membantu komersialisasi produk lokal.

Menurut dia, produk impor biasanya menang dalam tampilan dan kemasan, tidak dalam rasa dan itu poin utama. Di sini, kata dia, ada persoalan tentang ilmu pascapanen.

Dia juga menyoroti soal perlunya penelitian terintegrasi untuk fokus meneliti satu jenis buah dari? berbagai aspek.

"Perlu ada beberapa peneliti untuk mengeroyok satu buah dari berbagai sudut. Termasuk daya tahan terhadap lalat buah yang bikin kulit buah lokal berbercak hitam," katanya.

Tapi, kata dia, saking banyaknya ragam buah lokal juga membuat sulit menentukan satu atau dua buah yang akan dikeroyok.

"Durian di sini banyak sekali jenisnya. Jadi pengembangannya tidak fokus. Ini juga jadi persoalan," katanya.

Dari sejumlah persoalan itu, LIPI sebenarnya punya metode yang bisa diandalkan, yaitu mengembangkan buah tanpa biji atau berbiji kecil.

Di sisi lain, peneliti LIPI itu menyatakan perlunya digembar-gemborkan keberadaan buah-buah langka yang harus diselamatkan.

"Misalnya buah bisbol yang rasanya campur-campur asem manis asin," kata Enny.

Buah itu merupakan hasil eksplorasi yang bekerja sama dengan perusahaan swasta Astra.

Menurut dia, eksplorasi buah langka bukan hanya bisa dilakukan di hutan dan kawasan konservasi, tapi juga di halaman-halaman rumah.

"Nah, kerja sama dengan swasta itu melibatkan semua dealer mereka yang tersebar luas. Dari mereka terkumpul sejumlah tanaman langka yang dikirim oleh staf dealer perusahaan itu," katanya.
 

Pewarta: Sapto HP

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018