Bayangkan Bandung di tahun 1954. Tidak ada stadion megah, tidak ada chant ribuan bobotoh, apalagi kamera televisi yang menyiarkan ke seluruh negeri. 

Namun semangat sepak bola sudah berkobar di setiap sudut kota. Ribuan orang memadati Lapang Sidolig, berdiri berdesakan demi menyaksikan duel panas yang dari dulu sampai sekarang selalu bikin jantung hampir copot: Persib vs Persija.

Pertandingan klasik yang hari ini dikenal sebagai laga sarat gengsi paling besar di Indonesia ternyata sudah punya sejarah panjang sejak Republik masih muda. 

Dan pada hari itu, Bandung kembali membuktikan bahwa sepak bola bukan sekadar olahraga-tapi soal harga diri, martabat, dan cinta kota.

Berikut ini kisahnya:

Bandung, 28 Djuni 1954 (Antara) - Perajaan 25 tahun usianja ps.Sunda (singkatan dari Sabar Ulah Naek Darah) telah diramaikan dengan toernooi sepakbola jang diikuti djuga oleh kes. Persidja Djakarta.

Semua pertandingan dilangsungkan di lapang Sidolig serta mendapat perhatian penonton jang sangat besar. Adapun hasil2nja ialah sbb:

Hari Djum'at tg. 25/6 : Kes. Chung Hua-Kes. PSKB (Bond Kantor2 Bandung) : 4-2; Hari kedua (Sabtu) : Persidja-Sunda : 5-0; Hari ketiga (Minggu) : Persidja- Persib : 2-2.

Pertandingan antara dua lawan "kental" Persidja dan Persib mendapat perhatian penonton jang sangat besar. Orang sudah menduga terlebih dahulu, bahwa Persib tak mempunjai kans menggulingkan Persidja, sekalipun kes. Djakarta keluar dengan pemain2 tjadangannja.

Tapi begitu bola mulai digelindingkan, djelas kelihatan dari pemain2 Bandung, bahwa Persib kali ini betul2 hendak mengambil "revanche" atas kekalahan2nja jang lalu.

Permainan jang serba tjepat dan penuh "geestdrift" tampak dalam semua linie dan sebelum Djakarta mempunjai kesempatan untuk membuka permainannja, bola sudah menggetarkan djala Parengkuan dalam menit ke-10.

Gol jang menggegerkan seluruh penonton ini ditjetak oleh kiri-dalam Atik setelah berkedjaran-kedjaran dengan back Dotulong.

Dengan kemasukan gol jang pertama ini Persidja tidak mau digertak begitu sadja. Dan mulailah dengan serangan2 pembalasan dibawah senter muka Anhar jang kali ini menggantikan Pietersen.

Dengan amat lantjar, bola bergeser dari seorang pemain ke lain pemain. Dalam satu gerebegan di muka benteng Persib, keeper Soelaksono agak ragu2 dalam menangkis serangan Persidja. Suatu kesempatan bagi Anhar untuk menjundul bola ke dalam gawang Persib jang sudah ditinggalkan itu (1-1).

Serang-menjerang terus berdjalan, tapi Persidja lebih beruntung. Dengan satu tembakan keras Anhar lagi jang dapat merobah stand mendjadi 2-1 sampai waktu mengaso.

Penggantian kiri-luar Persib Isak Hija oleh Tjali ternjata banjak membawa perbaikan bagi regu tuan rumah. Serangan2 Persib kini mendjadi lebih lantjar.

Pada suatu waktu senter-muka Witaran membawa bola langsung ke arah gawang Parengkuan. Tepat dalam daerah gawang ia memberi umpan langsung ke Tjali jang tidak pikir pandjang lagi menghantam bola melalui Parengkuan: 2-2.

Saat2 jang memuntjak terdjadi beberapa menit sebelum bubaran. Tapi bagaimana djuga kerasnja usaha kedua pihak, gol kemenangan tidak tertjipta.

Suatu pertandingan jang tjukup seru. Dengan kesudahan seri ini maka Persib telah petjahkan pula tradisinja dengan tidak menderita kekalahan dari kes. Persidja jang technis lebih unggul itu.

Ketjuali penggantian Pietersen oleh Anhar, pasangan Persidja tidak mendapat perubahan lagi. Pemain2 terbaik dari Djakarta adalah kiri-luar Pattipeloby, keeper Parengkuan, back Dotulong dan pada hari pertama Pietersen merupakan bintang di lapangan.

Sampai saat ini pasangan Persib terus-menerus mendapat perubahan dan ketika berhadapan dengan Persidja susunannja adalah sbb: keeper Hija (diganti oleh Tjali), Atik, Witarsa, Adang, Kim Lay (diganti oleh Arnold).

Sumber : Pusat Data dan Riset ANTARA //pdra.antaranews.com/Twitter : @perpusANTARA

Pertandingan berakhir imbang, tapi bagi Bandung hari itu adalah kemenangan sejarah. 

Untuk pertama kalinya Persib mematahkan tradisi kekalahan dari Persidja, bahkan ketika lawan datang dengan status tim paling teknis dan ditakuti saat itu.

Dari 1954 hingga hari ini, satu hal tetap abadi: Persib vs Persija bukan sekadar pertandingan. 

Ini urusan gengsi, harga diri, dan darah biru yang mengalir di tribun.

Pewarta: Antaranews

Editor : Riza Fahriza


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2025