Antarajabar.com - Hari Rekaman Musik Sedunia di Kota Bandung menjadi ajang bagi para penikmat maupun kolektor musik untuk menambah koleksi rilisan fisik seperti DVD, CD, kaset, maupun piringan hitam (vinyl) dari band-band indiependen.
"Ini penyenggaraan ke lima, biasanya kami menggelar di toko Omuniuum. Acara ini kami selenggarakan guna menghidupkan dan memberi dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan para musisi dan toko-toko musik," ujar pemilik Omuniuum Iit Sukmiati di Bandung, Sabtu.
Iit mengatakan kali ini terdapat 14 keluaran fisik baru dari band-band independen Kota Bandung maupun sekitarnya seperti Polyester Embassy, Mustache and Beard, Parahyena, Payung Teduh, Mocca, dan beberapa band lainnya.
"Kami berharap dengan adanya Hari Rekaman Musik yang digelar bisa mengingkatkan kepada kita bagaimana para distributor musik dan band itu sendiri itu bisa hidup dari hasil menjual rilisan musik fisik," kata dia.
Hari Rekaman Musik merupakan ajang tahunan di mana keberadaan toko musik beserta rilisan fisik mendapat perhatian penuh, lantaran era industri musik yang bergeser ke era digital.
Ada pun harga yang ditawarkan baik dari CD, DVD, kaset, maupun piringan hitam bervariasi dari mulai Rp.35 ribu hingga jutaan rupiah bagi rilisan yang dianggap langka dan patut untuk dikoleksi terutama piringan hitam.
Acara yang digelar di Cafe Kiputih Satu, Jalan Kiputih, Kota Bandung Sabtu (22/4) berlangsung hingga malam dengan dimeriahkan oleh penampilan lima grup musik independen asal Bandung seperti Deugalih, Collapse, Sisir Tanah, Under The Big Bright Yellow Sun, dan Polyester Embassy.
Nampak, beberapa tenda dipenuhi para kolektor maupun penikmat musik untuk mencari rilisan yang diinginkannya. Hal itu seperti yang diungkapkan Adit Setiadi (22). Ia bersama ketiga temannya sengaja datang untuk mencari beberapa rilisan fisik band favoritnya.
"Kalau di lapak-lapak kaset biasa kan sulit nyari kaset maupun CD yang dicari, tapi di sini, band-band suka ngeluarkan yang sebelumnya ga ada," kata dia.
Hari Rekeman Musik yang dihelat setiap 22 April ini menjadi sebuah perayaan akbar bagi para penggemar musik fisik di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017
"Ini penyenggaraan ke lima, biasanya kami menggelar di toko Omuniuum. Acara ini kami selenggarakan guna menghidupkan dan memberi dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan para musisi dan toko-toko musik," ujar pemilik Omuniuum Iit Sukmiati di Bandung, Sabtu.
Iit mengatakan kali ini terdapat 14 keluaran fisik baru dari band-band independen Kota Bandung maupun sekitarnya seperti Polyester Embassy, Mustache and Beard, Parahyena, Payung Teduh, Mocca, dan beberapa band lainnya.
"Kami berharap dengan adanya Hari Rekaman Musik yang digelar bisa mengingkatkan kepada kita bagaimana para distributor musik dan band itu sendiri itu bisa hidup dari hasil menjual rilisan musik fisik," kata dia.
Hari Rekaman Musik merupakan ajang tahunan di mana keberadaan toko musik beserta rilisan fisik mendapat perhatian penuh, lantaran era industri musik yang bergeser ke era digital.
Ada pun harga yang ditawarkan baik dari CD, DVD, kaset, maupun piringan hitam bervariasi dari mulai Rp.35 ribu hingga jutaan rupiah bagi rilisan yang dianggap langka dan patut untuk dikoleksi terutama piringan hitam.
Acara yang digelar di Cafe Kiputih Satu, Jalan Kiputih, Kota Bandung Sabtu (22/4) berlangsung hingga malam dengan dimeriahkan oleh penampilan lima grup musik independen asal Bandung seperti Deugalih, Collapse, Sisir Tanah, Under The Big Bright Yellow Sun, dan Polyester Embassy.
Nampak, beberapa tenda dipenuhi para kolektor maupun penikmat musik untuk mencari rilisan yang diinginkannya. Hal itu seperti yang diungkapkan Adit Setiadi (22). Ia bersama ketiga temannya sengaja datang untuk mencari beberapa rilisan fisik band favoritnya.
"Kalau di lapak-lapak kaset biasa kan sulit nyari kaset maupun CD yang dicari, tapi di sini, band-band suka ngeluarkan yang sebelumnya ga ada," kata dia.
Hari Rekeman Musik yang dihelat setiap 22 April ini menjadi sebuah perayaan akbar bagi para penggemar musik fisik di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017