Antarajabar.com - Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan dan Penerapan Teknologi Kementerian PUPR dan BBWS Citarum menggelar "Forum Bisnis Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Restorasi Citarum".
        
Forum tersebut digelar pada peringatan Hari Air Sedunia 2017 yang salah satu tujuannya ialah untuk pemulihan Sungai Citarum
    
"Forum Bisnis Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Restorasi Citarum juga diharapkan bisa menghasilkan semacam rencana aksi bersama dengan pihak terkait dalam menjaga kelestarian Sungai Citarum dari pencemaran limbah," kata Ketua Panitia Pelaksanaan kegiatan tersebut FX Suherman, di Bandung, Rabu.
         
Kegiatan tersebut dihadiri oleh sejumlah perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BBWS Citarum, Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, BLHD kabupaten/kota, perwakilan pelaku usaha dari Kadin Jawa Barat dan lain-lain, di Gedung Puslitbang Sumber Daya Air Kementerian PUPR Kota Bandung.
        
Sementara itu, Pusat Litbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi Badan Litbang Kementerian PUPR dalam siaran persnya menyatakan Sungai Citarum merupakan sungai terbesar di Provinsi Jawa Barat; sungai ini dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik sekitar 1.900 MW dan mengairi sawah irigasi teknis lebih dari 240.000 hektare serta memasok air baku air minum untuk DKI Jakarta, melalui Saluran Tarum Barat, Tarum Timur dan Tarum Utara.
        
Akan tetapi  kualitas airnya sudah tercemar sangat berat dan predikat sebagai sungai paling kotor di dunia pun sempat disandang oleh Sungai Citarum.
        
Tercemarnya Citarum berasal dari berbagai sektor. Menurut penelitian yang dilakukan PKPT pada tahun 2016, beban pencemaran terbanyak disumbang oleh sektor domestik yakni sebesar 245,95 ton Biological Oxygen Demand (BOD) per hari.
        
Jumlah itu disusul sektor industri dan UMKM (diperkirakan 300 industri mencemari sungai ini) dengan 185,17 ton BOD per hari limbah. Bidang pertanian, peternakan, dan lain-lain membebani Citarum dengan pencemaran masing-masing 12,58 ton, 3,01 ton, dan 6,5 ton BOD per hari.
        
Dari total 453,21 ton BOD per hari tersebut. angka pencemaran sektor domestik berkontribusi terhadap lebih dari separuh beban pencemaran tersebut dan yang tidak kalah pentingnya adalah berkurangnya keanekaragaman hayati di sepanjang Citarum. Tercatat 10 juta meter kubik sedimentasi per tahun melanda Citarum serta kerugiannya ditaksir mencapai 923 ribu Dolar Amerika.
        
Selain masalah-masalah di atas, problem yang juga tak dapat diabaikan adalah menyangkut tata guna lahan yang tidak sesuai peruntukan di hulu Citarum dan dikarenakan kekurangan lahan tanam, warga menjadikan kawasan hutan lindung sebagai lahan pertanian konvensional sehingga fungsi konservasi hutan berkurang.
        
Sementara itu, di sektor pertanian itu sendirl pupuknya menggunakan pupuk kimia sehingga kualitas tanah menurun dan ketika hujan terjadi erosi sehingga tanah turun ke sungai.
        
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air disebutkan bahwa pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air.
         
Status kualitas air Sungai Citarum sejak tahun 1989 sampai tahun 2002 tidak pernah memenuhi Baku Mutu Air sebagaimana disebutkan dalam PP di atas.

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017