Antarajabar.com - Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto mengatakan berdasarkan hasil pantuan yang menggunakan pendekatan global positioning system (GPS) oleh grup geodesi ITB diketahui bahwa Sesar Lembang bergerak tiga hingga enam milimeter per tahun.
        
"Dari pendekatan GPS, seperti yang diutarakan Pak Irwan (Meliano dari ITB), yang dipantau pergerakannya dari satelit, sampai kepada kesimpulan bahwa Sesar Lembang itu bergerak dengan kecepatan antara 3-6 mm per tahun. Itu dilakukan sejak 10 tahun lalu sampai sekarang," kata Eko Yulianto, di Bandung, Selasa.
        
Ditemui usai menghadiri talk show bertema "Rembung Lini (Gempa Bumi) di Tatar Bandung", di Komplek LIPI Kota Bandung, ia mengatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh banyak tim, dengan berbagai pendekatan disiplin ilmu seperti pendekatan geologi, geofisika, geodesi dan antropolgi menunjukkan hasil yang serupa yakni Sesar Lembang itu aktif.
        
"Menurut pengamanan data seismometer oleh Dr Afnimar, pendekatan geofisika dari rekaman seismometer bahwa dari tahun 2009-2011 itu setidaknya telah terjadi 10 gempa meskipun kecil skalanya yakni lebih kecil dari tiga di sepanjang Sesar Lembang di ujung barat dan timur," kata Eko.
        
Menurut dia, berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui pendekatan geologi dari tahun 2010 hingga 2012 dan dilanjutkan beberapa tahun lalu diketahui bahwa sekitar 60 tahun sebelum Masehi atau sekitar dua ribu tahun lalu telah terjadi gempa di Sesar Lempang.
         
"Dari penelitian saya, saya bisa mengukur setidaknya gempa yang menghasilkan kolam yang terbentuk dua ribu tahun lalu itu besar 6,8 skala Richter, kemudian saya menemukan data 500 tahun lalu besar 6,6 skala Richter, tapi setelahnya ada gempa lagi, yang kita tidak tahun besarnya tapi jejaknya terekam dalam kolam itu," kata dia.
        
Ia juga mengingatkan bahwa gempa akibat pergerakan Sesar Lembang ini bisa membahayakan seluruh wilayah di Bandung terutama yang berada di atas garis sesar tersebut.
        
"Jadi seluruh cekungan Bandung akan kena. Karena jarak Sesar Lembang ke Bandung paling 10 km, terlebih kondisi tanah di cekungan Bandung ini tergolong lunak sehingga setiap goncangan akibat gempa akan semakin terasa.
       
Ia mengatakan sedimen lunak ini juga yang menyebabkan gempa bumi yang terjdi di Tasikmalaya sangat terasa di Bandung, khususnya di wilayah Ciwidey, Kabupaten Bandung.
        
Sesar Lembang adalah sebuah retakan memandang barat timur dari Kaki Gunung Manglayang hingga Padalarang, Kabupaten Bandung Barat sepanjang lebih dari 22 km, seperti yang diungkapkan oleh Van Bemmelen dalam bukunya yang berjudul "geology of Indonesia (1949).

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016