Antarajabar.com - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi bersama dengan peserta Bali Democracy Forum (BDF) ke-9 mengunjungi Pondok Pesantren Bali Bina Insani di Kabupaten Tabanan, Bali, Jumat.
       
Dalam kunjungan tersebut Menteri Retno bersama dengan para peserta BDF menyaksikan tarian tadisional Bunga Sandat Tabanan, Hadrah, dan gamelan yang dipentaskan oleh para santriwan maupun santriwati Pondok Pesantren Bali Bina Insani.
       
"Dalam pelaksanaan hari kedua BDF IX, kami mengajak para peserta berkunjung ke pondok ini untuk menperlihatkan di lapangan pada level masyarakat, bagaimana kebersamaan toleransi itu berjalan di masyarakat," ujar Retno LP Marsudi di sela-sela kunjungan ke Pondok Pesantren Bali Bina Insani.
       
Ia mengatakan bahwa di tengah-tengah kehidupan masyarakat Hindu di Tabanan, ada satu pondok pesantren yang hidup dengan nyaman dan bisa berinteraksi tanpa gangguan apapun dengan masyarakat di sekitarnya.
       
"Gurunya juga berasal dari latar belakang agama yang berbeda, jadi ini betul-betul satu contoh bagaimana perbedaan ini dirayakan, serta menjadi modal untuk membangun," kata dia.
       
Ia mengatakan Pondok Pesantren Bali Bina Insani ingin membangun dan mendidik manusia yang berkualitas dan berintegritas.
       
"Itulah tujuan berdirinya pondok pesantren ini," kata dia.
       
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Bali Bina Insani Ketut Jamal mengatakan pondok pesantren ini mengajarkan kebersamaan toleransi atas ciptaan manusia untuk bersaudara.
       
"Di dalam Al Quran bahwa manusia diciptakan untuk saling menyayangi. Di dalam Al hadits juga seperti itu perbedaan bangsa dan negara sebuah karunia yang diberikan kepada kita," kata dia.
       
Ia mengatakan sebanyak 340 santriwan dan santriwati diajarkan pancajiwa pondok, yaitu keihklasan, loyalitas, integritas, persaudaraan dan kesederhanaan," kata dia.
       
Ia mengatakan para peserta didik dan pengajar sudah biasa hidup bersama meskipun agama mereka berbeda-beda, seperti Islam, maupun Hindu
  
"Karena betapa indah sebuah perbedaan dan pluralisme. Pelangi indah karena warna warni dan taman indah karena aneka bunga dan tanaman. Pluralisme dan kebhinekaan adalah fakta di pondok ini," kata dia.
       
Ia mengatakan ada 16 guru beragama Hindu yang mengajar di pesantren ini.
       
"Di Madrasah Aliyah 50 persen Hindu 50 persen Islam," kata dia.

  

    

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016