Antarajabar.com - Seorang bocah (8) korban runtuhnya Hotel Club Bali di Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, Cianjur, Jabar, Rabu, selamat dalam pelukan sang ayah Sutanto.
Natasya (8) langsung dibawa ke RSU Cimacan, guna mendapatkan pertolongan medis, mengalami luka patah dibagian kaki dan luka lecet dibeberapa bagian tubuhnya.
Saat menjalani perawatan, dia selalu menanyakan ayahnya, bahkan dia terlihat menangis sambil melambaikan tangan ke arah pintu ruangan tempat dia dirawat.
Lany sang ibu mencoba menenangkan anaknya tersebut, sambil berharap suaminya Sutanto dapat dievakuasi dengan selamat.
Dia menuturkan, saat peristiwa terjadi, dirinya tengah berada dilantai atas kamar yang ditempati anak, suami dan baby sisternya, untuk memastikan orang tuanya yang ikut berlibur bersama mereka sudah nyaman di kamarnya.
"Saya dan kedua orang tua saya berhasil selamat karena kamar mereka berada di atas kamar kami. Saya sempat melihat tembok bergeser dan lantai yang kami pijak ambruk. Seketika itu, saya seperti melayang karena tubuh saya dan orang tua saya terpental keluar kamar," katanya.
Sesaat tersadar dia mendapati bangunan hotel bagian dasar ambruk dan menimpa penghuni yang ada di dalamnya. Lany mengatakan, sempat tidak dapat bernafas dan tidak sadarkan diri karena anak, suami dan baby siternya masih berada di dalam kamar.
"Saya tidak ingat apa-apa ketika melihat kamar yang mereka tempati nyaris rata dengan tanah. Saya sadar sudah ada di dalam ambulance, saat sadar saya mencari anak dan suami saya, namun petugas melarang saya untuk masuk ke dalam reruntuhan hotel," katanya.
Meskipun sempat panik dan berharap kedua orang yang dicintainya selamat, namun Lany akhirnya pasrah karena melihat bangunan yang ambruk nyaris rata dengan tanah dan kedua orang yang dicintainya sudah tertimbun selama 12 jam.
Hingga akhirnya menjelang sore tangis bahagia Lany pecah, ketika mengetahui anak semata wayangnya Natasya selamat dan berhasil dievakuasi. Dia berharap keajaiban akan diberikan pada suaminya."Saya berharap suami saya juga selamat, dia sudah menyelamtkan anak kami," katanya.
Sementara hingga malam menjelang tim gabungan memastikan nyawa Sutanto, dr Budi dan dr Meliyani, tidak dapat tertolong karena petugas memastikan ketiganya sudah tidak bernyawa sebelum proses evakuasi dihentikan. Tubuh ketiga orang korban sudah tidak bergerak, tangan mereka sudah dingin.
Kapolres Cianjur, AKBP Asep Guntur Rahayu, mengatakan, sebelum tim gabungan mengangkat tubuh Dewi dari dalam reruntuhan, pihaknya telah menemukan posisi Sutanto yang terjepit atap kamar yang terbuat dari beton, korban sudah tidak bergerak dan tubuhnya sudah mulai dingin, begitupula dengan dua korban lainnya.
"Tipis harapan ketiga orang korban masih hidup, terakhir kami pastikan tubuh ketiga korban sudah tidak bergerak dan tubuhnya sudah mulai mendingin. Kami menghentikan proses evakuasi setelah berunding dengan keluarga korban karena faktor cuaca hujan turun dengan deras," katanya.
Dia menjelaskan, pertamakali tim gabungan berhasil mengevakuasi tubuh Natasya dari dalam reruntuhan, dimana tubuh anak perempuan itu tertindih dalam pelukan tubuh ayahnya, tangan Sutanto terlihat menahan atap beton yang ambruk untuk menyelamatkan anaknya.
"Renak-rekan bisa lihat poto posisi tangan sang ayah yang berusaha menahan atap beton agar anaknya selamat. Menjelang siang kami masih melihat ada gerak tubuh korban, namun menjelang sore tidak ada sama sekali," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016
Natasya (8) langsung dibawa ke RSU Cimacan, guna mendapatkan pertolongan medis, mengalami luka patah dibagian kaki dan luka lecet dibeberapa bagian tubuhnya.
Saat menjalani perawatan, dia selalu menanyakan ayahnya, bahkan dia terlihat menangis sambil melambaikan tangan ke arah pintu ruangan tempat dia dirawat.
Lany sang ibu mencoba menenangkan anaknya tersebut, sambil berharap suaminya Sutanto dapat dievakuasi dengan selamat.
Dia menuturkan, saat peristiwa terjadi, dirinya tengah berada dilantai atas kamar yang ditempati anak, suami dan baby sisternya, untuk memastikan orang tuanya yang ikut berlibur bersama mereka sudah nyaman di kamarnya.
"Saya dan kedua orang tua saya berhasil selamat karena kamar mereka berada di atas kamar kami. Saya sempat melihat tembok bergeser dan lantai yang kami pijak ambruk. Seketika itu, saya seperti melayang karena tubuh saya dan orang tua saya terpental keluar kamar," katanya.
Sesaat tersadar dia mendapati bangunan hotel bagian dasar ambruk dan menimpa penghuni yang ada di dalamnya. Lany mengatakan, sempat tidak dapat bernafas dan tidak sadarkan diri karena anak, suami dan baby siternya masih berada di dalam kamar.
"Saya tidak ingat apa-apa ketika melihat kamar yang mereka tempati nyaris rata dengan tanah. Saya sadar sudah ada di dalam ambulance, saat sadar saya mencari anak dan suami saya, namun petugas melarang saya untuk masuk ke dalam reruntuhan hotel," katanya.
Meskipun sempat panik dan berharap kedua orang yang dicintainya selamat, namun Lany akhirnya pasrah karena melihat bangunan yang ambruk nyaris rata dengan tanah dan kedua orang yang dicintainya sudah tertimbun selama 12 jam.
Hingga akhirnya menjelang sore tangis bahagia Lany pecah, ketika mengetahui anak semata wayangnya Natasya selamat dan berhasil dievakuasi. Dia berharap keajaiban akan diberikan pada suaminya."Saya berharap suami saya juga selamat, dia sudah menyelamtkan anak kami," katanya.
Sementara hingga malam menjelang tim gabungan memastikan nyawa Sutanto, dr Budi dan dr Meliyani, tidak dapat tertolong karena petugas memastikan ketiganya sudah tidak bernyawa sebelum proses evakuasi dihentikan. Tubuh ketiga orang korban sudah tidak bergerak, tangan mereka sudah dingin.
Kapolres Cianjur, AKBP Asep Guntur Rahayu, mengatakan, sebelum tim gabungan mengangkat tubuh Dewi dari dalam reruntuhan, pihaknya telah menemukan posisi Sutanto yang terjepit atap kamar yang terbuat dari beton, korban sudah tidak bergerak dan tubuhnya sudah mulai dingin, begitupula dengan dua korban lainnya.
"Tipis harapan ketiga orang korban masih hidup, terakhir kami pastikan tubuh ketiga korban sudah tidak bergerak dan tubuhnya sudah mulai mendingin. Kami menghentikan proses evakuasi setelah berunding dengan keluarga korban karena faktor cuaca hujan turun dengan deras," katanya.
Dia menjelaskan, pertamakali tim gabungan berhasil mengevakuasi tubuh Natasya dari dalam reruntuhan, dimana tubuh anak perempuan itu tertindih dalam pelukan tubuh ayahnya, tangan Sutanto terlihat menahan atap beton yang ambruk untuk menyelamatkan anaknya.
"Renak-rekan bisa lihat poto posisi tangan sang ayah yang berusaha menahan atap beton agar anaknya selamat. Menjelang siang kami masih melihat ada gerak tubuh korban, namun menjelang sore tidak ada sama sekali," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016