Antarajabar.com - PT Pertamina Gas (Pertagas) mendorong pembangunan infrastruktur gas  "open acces" lebih luas sehingga mendukung pertumbuhan penggunaan sumber energi itu.

"Tahun ini kami sedang membangun empat  ruas jaringan pipa transmisi gas. Pertagas mendorong pembangunan infrastruktur gas 'open acces' lebih luas lagi," kata President Director PT Pertamina Gas Hendra Jaya pada  Focus Group Discussion (FGD) tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Gas Indonesia yang diselenggarakan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya  di Kampus ITB Kota Bandung, Jumat.

Ia mengatakan infrastruktur selama ini menjadi tantangan utama dalam pemanfaatan gas untuk memenuhi kebutuhan gas domestik.

Menurut dia salah satu solusinya yakni penggunaan infrastruktur eksisting didorong harus lebih efisien. Sehingga  pembangunan infrastruktur gas open access pun harus lebih luas.

"Infrastruktur itu akan menjadi tol yang bisa dimanfaatkan untuk pengiriman gas, sehingga akan terjadi percepatan pertumbuhan penggunaan dan pemanfaatan gas secara maksimal," kata Hendra.

Ia menyebutkan Pertagas berperan aktif dalam penyediaan infrastruktur pendukung energi gas. Salah satunya pihaknya tengah menyelesaikan beberapa proyek besar pembangunan jaringan pipa gas.

Keempat ruas proyek besar yang tengah digarap Pertagas tersebut yakni Ruas Belawan - KIM (Kawasan Industri Medan) - KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) di Sumatera Utara sepanjang 138 km.

Kemudian  ruas MK-MT (Muara Karang – Muara Tawar) di DKI Jakarta dan Kabupaten Bekasi sekitar 30 km, Ruas Gresik-Semarang yang membentang dari Jawa Timur hingga Jawa Tengah sepanjang 267 km, serta Porong-Grati yang terletak di Kabupaten Sidoarjo dan Pasuruan, Jawa Timur sepanjang 57 km.

Menurut Hendra, keempat ruas pipa yang tengah dibangun ini akan berkontribusi bagi penambahanan jaringan pipa gas eksisting yang saat ini dimiliki Pertagas sepanjang hampir 2.000 km yang tersebar di berbagai wilayah.

"Ke depan, kami berencana mengembangkan tambahan pipa sekitar 1.800 km untuk mendukung infrastruktur gas di Tanah Air," katanya.

Kehadiran infrastruktur itu, masih menurutnya, pada akhirnya  dapat berkontribusi pada peningkatan penggunaan gas sebagai alternatif energi.

Tak hanya membangun infrastruktur pipa, menurut Hendra pada 2019 PT Pertamina (Persero) sebagai holding PT Pertagas, melalui Ditrektorat Gas dan Energi Baru dan Terbarukan juga akan memiliki 7 LNG regas/terminal serta 5 LNG Plant.

"Ini menjadi solusi atas gap supply-demand gas," katanya.

Hingga periode tahun yang sama, Pertamina juga akan membangun 120 stasiun CNG transportasi dan 3 stasiun CNG Industri. Termasuk pembangunan 1 buah stasiun CNG di Teluk Lamong pada tahun 2016.

Selain itu pembangunan infrastruktur dan sarana bahan bakar gas berupa stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG), mother-daughter station, pipa distribusi, mobile refueling unit, SPBU terintegrasi dengan SPBG (ecostation) untuk sektor transportasi dilakukan secara bertahap hingga 150 unit di tahun 2019.      

"Prioritas pengembangan di wilayah yang memiliki sumber gas dan infrastruktur pipa seperti Jabodetabek, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Semarang, serta Balikpapan," katanya.

Sementara itu Ucok WS Siagian dari Pusat Kebijakan Energi ITB menyebutkan percepatan pembangunan gas masalahnya bukan infrastruktur saja tapi sumbernya.

"Dalam pengembangan infrastruktur gas perlu ada rencana strategis jangka panjang, dan tidak untuk jangka pendek terlebih yang kemudian tidak bisa dimanfaatkan karena tidak masuk rencana jangka panjang," katanya.

Ia menyebutkan banyak keunggulan dari gas, namun di sisi lain harus diselaraskan dengan pengembangan dan strategi yang berkelanjutan.

Dalam diskusi itu juga dihadiri oleh perwakilan dari Perusahaan Gas Negara (PGN) sert Kementerian Koordinator Kemaritiman.

Pewarta:

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015