Antarajawabarat.com, 21/2 - Kabupaten Majalengka berpotensi menjadi kawasan industri tekstil baru di Jawa Barat terutama di kawasan Aerocity Kertajati yang juga akan dibangun Bandara Internasional Jawa Barat.
"Jawa Barat masih memungkinkan pengembangan industri, terutama di wilayah Timur. Khusus di Kabupaten Majalengka yang berpotensi menjadi kawasan industri tekstil," kata Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Imam Haryono di Bandung, Sabtu.
Menurut dia, kawasan Majalengka akan menjadi relokasi sejumlah industri tekstil yang ada di kawasan Bandung Raya. Saat ini industri tekstil di Bandung Raya sudah padat dan dihadapkan dengan kemungkinan kesulitan air bawah tanah.
Sementara itu kawasan Majalengka memiliki hamparan datar yang ideal untuk industri, selain itu lokasinya akan berdekatan dengan Bandara Internasional Jawa Barat yang kini sudah dalam proses pembangunan landasannya.
Selain itu kawasan industri baru itu juga akan terkoneksi dengan tol Cileunyi - Sumedang - Dawuan (Cisumdawu).
Lebih lanjut, Kemenperin ingin kawasan industri merata khususnya menyebar ke wilayah di bagian Timur Indonesia.
"Pengembangan kawasan industri didorong ke wilayah timur Indonesia, namun banyak yang harus dimulai dari awal, misal tidak adanya listrik, infrastruktur, itu butuh waktu," katanya.
Dukungan tersebut, menurutnya sesuai dengan amanat bahwa pemerintah dan pemerintah daerah melakukan percepatan penyebaran dan pemer¿ataan pembangunan industri ke seluruh wilayah negara kesatuan RI.
Daerah-daerah lokasi pembangunan kawasan industri prioritas dan sentra industri kecil menengah didorong untuk mempersiapkan persiapan yang diperlukan dan terus melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan pihaknya menargetkan penumbuhan populasi industri dengan target penambahan sebesar 9.000 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar Jawa serta 20.000 unit industri kecil.
Sementara itu Ketua Apindo Jabar Deddy Wijaya menyebutkan pengembangan kawasan industri baru idealnya dilakukan dengan kesiapan infrastruktur pendukungnya.
"Investor masih cukup tertarik berinvestasi di Indonesia, termasuk di Jabar. Namun tentunya harus didukung percepatan pembangunan infrastrukturnya seperti jalan tol dan bandara," katanya.
Ia menyebutkan, saat ini biaya operasional industri cukup tinggi semua sektor baik dari transportasi, upah kerja dan biaya lainnya. Salah satunya akibat infrastruktur yang kurang mendukung.
"Seperti biaya operasional dan transportasi, itu cukup besar karena kondisi yang kerap macet, banjir atau lainnya," kata Deddy Wijaya.
Ia menyambut baik adanya kawasan industri baru di Jabar itu, dan berharap bisa menjadi solusi untuk pencetakan lapangan kerja baru di Jabar.
syarif
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015
"Jawa Barat masih memungkinkan pengembangan industri, terutama di wilayah Timur. Khusus di Kabupaten Majalengka yang berpotensi menjadi kawasan industri tekstil," kata Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Imam Haryono di Bandung, Sabtu.
Menurut dia, kawasan Majalengka akan menjadi relokasi sejumlah industri tekstil yang ada di kawasan Bandung Raya. Saat ini industri tekstil di Bandung Raya sudah padat dan dihadapkan dengan kemungkinan kesulitan air bawah tanah.
Sementara itu kawasan Majalengka memiliki hamparan datar yang ideal untuk industri, selain itu lokasinya akan berdekatan dengan Bandara Internasional Jawa Barat yang kini sudah dalam proses pembangunan landasannya.
Selain itu kawasan industri baru itu juga akan terkoneksi dengan tol Cileunyi - Sumedang - Dawuan (Cisumdawu).
Lebih lanjut, Kemenperin ingin kawasan industri merata khususnya menyebar ke wilayah di bagian Timur Indonesia.
"Pengembangan kawasan industri didorong ke wilayah timur Indonesia, namun banyak yang harus dimulai dari awal, misal tidak adanya listrik, infrastruktur, itu butuh waktu," katanya.
Dukungan tersebut, menurutnya sesuai dengan amanat bahwa pemerintah dan pemerintah daerah melakukan percepatan penyebaran dan pemer¿ataan pembangunan industri ke seluruh wilayah negara kesatuan RI.
Daerah-daerah lokasi pembangunan kawasan industri prioritas dan sentra industri kecil menengah didorong untuk mempersiapkan persiapan yang diperlukan dan terus melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan pihaknya menargetkan penumbuhan populasi industri dengan target penambahan sebesar 9.000 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar Jawa serta 20.000 unit industri kecil.
Sementara itu Ketua Apindo Jabar Deddy Wijaya menyebutkan pengembangan kawasan industri baru idealnya dilakukan dengan kesiapan infrastruktur pendukungnya.
"Investor masih cukup tertarik berinvestasi di Indonesia, termasuk di Jabar. Namun tentunya harus didukung percepatan pembangunan infrastrukturnya seperti jalan tol dan bandara," katanya.
Ia menyebutkan, saat ini biaya operasional industri cukup tinggi semua sektor baik dari transportasi, upah kerja dan biaya lainnya. Salah satunya akibat infrastruktur yang kurang mendukung.
"Seperti biaya operasional dan transportasi, itu cukup besar karena kondisi yang kerap macet, banjir atau lainnya," kata Deddy Wijaya.
Ia menyambut baik adanya kawasan industri baru di Jabar itu, dan berharap bisa menjadi solusi untuk pencetakan lapangan kerja baru di Jabar.
syarif
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015