Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu diperkirakan bergerak menguat di tengah pelaku pasar bersikap ‘wait and see’ terhadap Personal Consumption Expenditures Price Index (PCE Price Index) atau data inflasi Amerika Serikat (AS).

IHSG dibuka melemah 1,18 poin atau 0,02 persen ke posisi 7.364,47. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 0,30 poin atau 0,03 persen ke posisi 997,48.

“IHSG hari ini (27/03) diprediksi bergerak mixed dan menguat dalam range 7.320 sampai 7.415,” ujar Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih di Jakarta, Rabu.

Dari dalam negeri, IHSG terkoreksi sejalan dengan melemahnya nilai tukar Rupiah sebesar 2,09 persen year to date (ytd) di level Rp15.797 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (26/03), berdasarkan kurs Jisdor.

Penurunan nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh kenaikan indeks dolar AS terhadap mata uang utama lainnya dan melemahnya kinerja neraca dagang Indonesia.

Namun demikian, stabilisasi nilai tukar rupiah telah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dengan intervensi pasar valuta asing (valas), seperti transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dan Surat Berharga Negara (SBN).

Selain itu, juga operasi moneter dengan optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUBVI).

Dari mancanegara, jembatan Francis Scott Key di Baltimore AS runtuh pada Selasa (26/03), yang berpotensi menimbulkan gangguan aktivitas ekspor dan impor di pelabuhan Baltimore sebagai pelabuhan terbesar ke-11 di AS yang didominasi oleh sektor otomotif.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: IHSG diprediksi menguat di tengah "wait and see" data inflasi AS

Pewarta: Muhammad Heriyanto

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024