Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa gempa dangkal yang terjadi di Sumedang, Jawa Barat, memberikan pelajaran pentingnya mewujudkan bangunan dengan struktur kuat dan rencana tata ruang wilayah yang aman.

"Gempa Sumedang memberi pelajaran akan pentingnya mitigasi konkrit dengan mewujudkan bangunan dengan struktur kuat dan rencana tata ruang wilayah yang aman, berbasis risiko gempa bumi," ujar Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam webinar "Kupas Tuntas Gempa Sumedang M4,8 pada 31 Desember 2023" di Jakarta, Kamis.

Ia mengemukakan gempa Sumedang merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif, yang seluruh pelepasan energinya terkonsentrasi pada wilayah lokal.

"Meskipun magnitudonya relatif kecil 4,8, gempa Sumedang dapat merusak lebih dari 149 bangunan rumah," katanya.

Selain kedalaman gempanya yang dangkal, episenter gempa kerak dangkal yang terletak di zona tanah lunak dan tebal juga akan memicu resonansi yang berujung amplifikasi atau penguatan gelombang gempa sehingga gempa kerak dangkal dikenal sangat merusak dan mematikan.

Ia menyampaikan beberapa contoh gempa kerak dangkal, diantaranya gempa Cianjur 2022 yang mengakibatkan lebih dari 600 orang meninggal dunia, gempa Yogyakarta 2006 (lebih dari 6.000 orang meninggal dunia), Gempa Turki 2023 (lebih dari 17.000 orang meninggal dunia).


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG: Gempa Sumedang beri pelajaran wujudkan rencana tata ruang aman

Pewarta: Zubi Mahrofi

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024