Dana Anak Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF) pada Kamis mengatakan jumlah anak yang tewas di Tepi Barat dalam dua pekan terakhir jauh lebih banyak daripada angka sepanjang 2022.
"Tahun ini menjadi tahun paling mematikan bagi anak-anak dalam sejarah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, karena kekerasan akibat konflik mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," sebut Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Adele Khodr.
Sebagian wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, kini diduduki oleh Israel, dan sebagian lagi dikuasai oleh Otoritas Palestina.
Khodr menyebutkan ada 83 anak yang terbunuh dalam dua pekan terakhir di tengah meningkatnya operasi militer. Angka itu lebih dari dua kali lipat jumlah anak yang tewas tahun lalu.
Dia mengatakan lebih dari 576 anak terluka dan lainnya dikabarkan telah ditahan. Tepi Barat juga telah terdampak parah oleh pembatasan pergerakan dan akses masyarakat.
"Ketika dunia melihat situasi mengerikan di Jalur Gaza, anak-anak di Tepi Barat mengalami 'mimpi buruk' sendiri. Sayangnya, hidup dalam ketakutan dan kesedihan yang hampir terus-menerus menjadi hal biasa bagi anak-anak yang terkena dampaknya,” kata dia.
"Penderitaan anak-anak di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, jangan sampai tertutup begitu saja oleh konflik yang terjadi saat ini, (karena) hal itu telah menjadi bagian yang tak terpisahkan," tambahnya.
Sementara itu, Badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa bantuan yang masuk ke Jalur Gaza tidak mencukupi sehingga menyebabkan 40 persen penduduknya “berisiko kelaparan” di tengah pembatasan akses masuk bantuan oleh Israel.
UNRWA kembali memperingatkan bahwa wilayah kantong yang terkepung itu “bergulat dengan bencana kelaparan”.
Badan PBB itu juga mengulangi seruan “gencatan senjata kemanusiaan” di tengah serangan udara intens Israel di Gaza selama lebih dari 83 hari.
“Setiap hari adalah perjuangan untuk hidup, mencari makanan serta air,” kata Direktur urusan UNRWA di Gaza Thomas White di media sosial X -- dulu Twitter.
“Kenyataannya, kita membutuhkan lebih banyak bantuan. Satu-satunya harapan yang tersisa yakni gencatan senjata kemanusiaan,” katanya.
Baca juga: Jumlah warga Palestina tewas di Gaza tembus 21.320
Pekan lalu Dewan Keamanan PBB mengesahkan resolusi bantuan tambahan untuk Gaza setelah tertunda selama berhari-hari.
Akan tetapi, lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan dan pembela hak asasi manusia (HAM) menganggap resolusi tersebut “sangat tidak memadai” dan “hampir tidak ada gunanya”.
Peringatan keras terbaru yang dikeluarkan badan PBB tentang bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza muncul ketika pasukan Israel terus menggempur wilayah tersebut, yang semakin memperburuk krisis kemanusiaan.
Sebanyak 80 persen lebih dari 2,4 juta penduduk Gaza diusir dari rumah mereka, kata PBB.
Banyak dari mereka kini tinggal di tempat pengungsian sempit atau tenda darurat di ujung selatan, di Kota Rafah dan sekitarnya dekat perbatasan Mesir.
Sumber: WAFA
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: UNICEF: Jumlah anak yang tewas di Tepi Barat naik drastis
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
"Tahun ini menjadi tahun paling mematikan bagi anak-anak dalam sejarah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, karena kekerasan akibat konflik mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," sebut Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Adele Khodr.
Sebagian wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, kini diduduki oleh Israel, dan sebagian lagi dikuasai oleh Otoritas Palestina.
Khodr menyebutkan ada 83 anak yang terbunuh dalam dua pekan terakhir di tengah meningkatnya operasi militer. Angka itu lebih dari dua kali lipat jumlah anak yang tewas tahun lalu.
Dia mengatakan lebih dari 576 anak terluka dan lainnya dikabarkan telah ditahan. Tepi Barat juga telah terdampak parah oleh pembatasan pergerakan dan akses masyarakat.
"Ketika dunia melihat situasi mengerikan di Jalur Gaza, anak-anak di Tepi Barat mengalami 'mimpi buruk' sendiri. Sayangnya, hidup dalam ketakutan dan kesedihan yang hampir terus-menerus menjadi hal biasa bagi anak-anak yang terkena dampaknya,” kata dia.
"Penderitaan anak-anak di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, jangan sampai tertutup begitu saja oleh konflik yang terjadi saat ini, (karena) hal itu telah menjadi bagian yang tak terpisahkan," tambahnya.
Sementara itu, Badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa bantuan yang masuk ke Jalur Gaza tidak mencukupi sehingga menyebabkan 40 persen penduduknya “berisiko kelaparan” di tengah pembatasan akses masuk bantuan oleh Israel.
UNRWA kembali memperingatkan bahwa wilayah kantong yang terkepung itu “bergulat dengan bencana kelaparan”.
Badan PBB itu juga mengulangi seruan “gencatan senjata kemanusiaan” di tengah serangan udara intens Israel di Gaza selama lebih dari 83 hari.
“Setiap hari adalah perjuangan untuk hidup, mencari makanan serta air,” kata Direktur urusan UNRWA di Gaza Thomas White di media sosial X -- dulu Twitter.
“Kenyataannya, kita membutuhkan lebih banyak bantuan. Satu-satunya harapan yang tersisa yakni gencatan senjata kemanusiaan,” katanya.
Baca juga: Jumlah warga Palestina tewas di Gaza tembus 21.320
Pekan lalu Dewan Keamanan PBB mengesahkan resolusi bantuan tambahan untuk Gaza setelah tertunda selama berhari-hari.
Akan tetapi, lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan dan pembela hak asasi manusia (HAM) menganggap resolusi tersebut “sangat tidak memadai” dan “hampir tidak ada gunanya”.
Peringatan keras terbaru yang dikeluarkan badan PBB tentang bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza muncul ketika pasukan Israel terus menggempur wilayah tersebut, yang semakin memperburuk krisis kemanusiaan.
Sebanyak 80 persen lebih dari 2,4 juta penduduk Gaza diusir dari rumah mereka, kata PBB.
Banyak dari mereka kini tinggal di tempat pengungsian sempit atau tenda darurat di ujung selatan, di Kota Rafah dan sekitarnya dekat perbatasan Mesir.
Sumber: WAFA
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: UNICEF: Jumlah anak yang tewas di Tepi Barat naik drastis
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023