Pertandingan Grup D Piala Dunia U-17 antara Senegal melawan Polandia di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Selasa sore, harus dihentikan sementara karena cuaca buruk.

Laga tersebut baru memasuki menit ke-38 saat harus dihentikan sementara. Terlihat dari pandangan mata, langit di atas dan sekitar Stadion Si Jalak Harupat sangat gelap, dengan banyaknya kilat yang menyambar.

Panitia penyelenggara kemudian mengumumkan bahwa pertandingan itu harus dihentikan, dan akan segera dilanjutkan saat situasinya memungkinkan. Selain para pemain dari kedua tim, staf tim, dan awak media yang berada di sekitar lapangan juga diminta meninggalkan lapangan.

Demikian pula para penonton yang berada di tribun selatan dan utara yang tidak memiliki atap, mereka diminta untuk mencari perlindungan dan berteduh di tempat yang aman.

Senegal sedang memimpin 2-0 atas Polandia pada laga tersebut, berkat gol pembuka Idrissa Gueye pada menit ke-18, dan gol bunuh diri Dominik Szala pada menit ke-30.

Penghentian pertandingan sudah pernah terjadi pada laga Grup D Piala Dunia U-17 pada Sabtu (11/11) di tempat yang sama.   Ketika itu duel Jepang melawan Polandia harus terhenti sekira 15 menit karena hujan deras.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo menilai penonton pada pertandingan-pertandingan Piala Dunia U-17 2023 baru akan ramai saat tim nasional Indonesia bermain.

Menpora Dito menanggapi sepinya penonton di Piala Dunia U-17 pada laga pembukaan Piala Dunia U-17 di Solo antara Mali melawan Uzbekistan yang hanya dihadiri sekira 3.000 penonton dan pertandingan Spanyol melawan Kanada yang hanya dihadiri 6.000 penonton.

“Jadi kalau sepi penonton, memang dari awal ini tidak perlu kita di Solo. Kita selama ini menyelenggarakan pertandingan sepak bola antarnegara. Kalau di (Stadion) GBK (Gelora Bung Karno) saja, kalau bukan timnas yang main, pasti peminatnya sedikit,” ujar Menpora Dito saat ditemui di Jakarta, Selasa.

"Karena memang tantangannya pasti yang ramai adalah kalau timnas Indonesia bermain atau tim-tim negara seperti Brazil, terus Inggris, dan negara-negara unggulan yang main," tambahnya.

Selain di Solo, masalah minimnya jumlah penonton juga terjadi di Bandung dan Jakarta. Sebagai gambaran saat Inggris menang 10-0 atas Kaledonia Baru pada pertandingan Grup C yang dimainkan di Jakarta International Stadium, total hanya terdapat 6.684 penonton. Sedangkan saat Senegal membuat kejutan dengan menang 2-1 atas Argentina di Stadion Si Jalak Harupat, total hanya terdapat 6.222 penonton.

Baca juga: Bima Sakti bersyukur timnas Indonesia imbang lawan Panama

Menpora Dito mengingatkan bahwa dalam penyelenggaraan ajang-ajang besar, jumlah kehadiran penonton tidak akan sama ramainya antara satu laga dengan laga lainnya.

"Pasti gim-gim tertentu, negara-negara tertentu yang akan [penontonnya] melonjak tinggi," kata dia.

Secara umum antusiasme penonton untuk menyaksikan turnamen sepak bola usia muda memang tidak tinggi. Untuk perbandingan sederhana, pada Piala Dunia U-17 2019 yang berlangsung di Brazil, tingkat kehadiran penonton pada pertandingan yang tidak diikuti Brazil hanya mencapai 223 penonton yaitu pertandingan Australia melawan Hungaria di Estadio Olimpico Golania.

Pada Piala Dunia U-17 2019, jumlah kehadiran penonton terbanyak adalah pada laga final yang mempertemukan Brazil melawan Meksiko di Estadio Bezzerao, Gama, dengan torehan 13.843 penonton.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Laga Senegal lawan Polandia dihentikan sementara karena alasan cuaca

Pewarta: A Rauf Andar Adipati

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023