Harga minyak melemah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) karena kenaikan dolar AS seiring kebijakan The Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga stabil seperti yang diperkirakan namun tetap membuka kemungkinan kenaikan suku bunga pada masa depan mempertimbangkan ekonomi AS yang kuat.
Minyak mentah berjangka Brent turun 39 sen atau 0,5 persen ke posisi 84,63 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 58 sen atau 0,7 persen menjadi 80,44 dolar AS per barel.
Kenaikan suku bunga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak. Dolar yang kuat membuat pembelian bahan bakar menggunakan mata uang lain menjadi lebih mahal sehingga menekan harga.
Perdagangan berombak, dengan kedua harga minyak acuan itu naik lebih dari 2 dolar AS per barel pada awal kekhawatiran konflik Timur Tengah.
The Fed yang mulai menaikkan suku bunga pada Maret 2022 mempertahankan suku bunga tetap stabil namun tetap membuka kemungkinan kenaikan lebih jauh karena perekonomian AS yang kuat.
Dolar AS naik ke level tertinggi dalam empat minggu terhadap sekeranjang mata uang lainnya. Minyak mentah berjangka juga tertekan oleh peningkatan stok minyak mentah dan persediaan bensin AS pada minggu lalu karena pabrik penyulingan yang menjalani pemeliharaan musiman memulai kembali unitnya lebih lambat dari perkiraan untuk menghindari penumpukan stok bensin yang lebih besar.
Di Eropa, inflasi Oktober di zona Euro berada pada titik terendah dalam dua tahun terakhir, menurut data awal Eurostat. Hal itu memicu pandangan bahwa Bank Sentral Eropa kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Sementara Bank of England diperkirakan akan bertemu pada Kamis.
Di China, yang merupakan importir minyak terbesar di dunia, aktivitas pabrik secara tak terduga mengalami kontraksi pada Oktober, berdasarkan sebuah survei swasta. Hal itu menambah angka resmi yang suram pada hari sebelumnya.
Sumber: Reuters
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak turun dipicu kenaikan dolar yang ditopang kebijakan The Fed
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Minyak mentah berjangka Brent turun 39 sen atau 0,5 persen ke posisi 84,63 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 58 sen atau 0,7 persen menjadi 80,44 dolar AS per barel.
Kenaikan suku bunga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak. Dolar yang kuat membuat pembelian bahan bakar menggunakan mata uang lain menjadi lebih mahal sehingga menekan harga.
Perdagangan berombak, dengan kedua harga minyak acuan itu naik lebih dari 2 dolar AS per barel pada awal kekhawatiran konflik Timur Tengah.
The Fed yang mulai menaikkan suku bunga pada Maret 2022 mempertahankan suku bunga tetap stabil namun tetap membuka kemungkinan kenaikan lebih jauh karena perekonomian AS yang kuat.
Dolar AS naik ke level tertinggi dalam empat minggu terhadap sekeranjang mata uang lainnya. Minyak mentah berjangka juga tertekan oleh peningkatan stok minyak mentah dan persediaan bensin AS pada minggu lalu karena pabrik penyulingan yang menjalani pemeliharaan musiman memulai kembali unitnya lebih lambat dari perkiraan untuk menghindari penumpukan stok bensin yang lebih besar.
Di Eropa, inflasi Oktober di zona Euro berada pada titik terendah dalam dua tahun terakhir, menurut data awal Eurostat. Hal itu memicu pandangan bahwa Bank Sentral Eropa kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Sementara Bank of England diperkirakan akan bertemu pada Kamis.
Di China, yang merupakan importir minyak terbesar di dunia, aktivitas pabrik secara tak terduga mengalami kontraksi pada Oktober, berdasarkan sebuah survei swasta. Hal itu menambah angka resmi yang suram pada hari sebelumnya.
Sumber: Reuters
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak turun dipicu kenaikan dolar yang ditopang kebijakan The Fed
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023