Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan peningkatan emisi gas rumah kaca dapat berdampak pada fenomena perubahan iklim yang akhirnya memicu krisis air.

"Krisis air menjadi ancaman serius sekaligus nyata dan harus jadi perhatian seluruh negara. Salah satu penyebab utama krisis air adalah terus meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berdampak pada peningkatan laju kenaikan suhu udara," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Dalam acara 2nd Stakeholders Consultation Meeting, The 10th World Water Forum (WWF) atau Forum Air Dunia) yang diselenggarakan di Bali, Dwikorita mengatakan kenaikan suhu udara mengakibatkan proses pemanasan global terus berlanjut dan berdampak pada fenomena perubahan iklim yang juga dapat memicu krisis pangan dan bahkan krisis energi, serta meningkatnya frekuensi, intensitas, dan durasi, kejadian bencana hidrometeorologi.

Ia menyampaikan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada tahun 2022 lalu melaporkan bahwa Planet Bumi jauh lebih hangat 1,15 derajat Celcius jika dibandingkan dengan rata-rata suhu udara permukaan pada masa pra-industri (1850-1900).

"Saat ini dalam penilaian awal (September 2023) menunjukkan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah," paparnya.

Menurut Dwikorita, dampak dari variabilitas dan perubahan iklim sering kali dirasakan melalui air. Dinamika siklus air dan interaksinya dengan manusia menghasilkan pola ketersediaan sumber daya air yang bervariasi secara spasial dan temporal.

Selain itu, lanjutnya, dampak ekstrem terkait air sangat mempengaruhi kehidupan, perkembangan, dan keberlanjutan ekosistem, serta masyarakat dan individu.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kepala BMKG: Peningkatan emisi gas rumah kaca dapat memicu krisis air

Pewarta: Zubi Mahrofi

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023