Analis pasar mata uang Lukman Leong menyatakan rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) karena investor masih mencerna data inflasi Producer Price Index/Indeks Harga Produsen (PPI) dan Consumer Price Index (CPI) China yang memberikan gambaran beragam.

Secara umum, rupiah dan mata uang regional Asia bergerak mix dan menguat tipis.

“CPI year on year (yoy) sebesar -0,3 persen, dan PPI yoy -4,4 persen,” ujar dia ketika dihubungi di Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut, CPI dan PPI yoy disebut masih menunjukkan deflasi, sedangkan CPI month to month (mom) menunjukkan kenaikan 0,2 persen.

Selain itu, sentimen pasar umumnya masih negatif (risk off) pasca Moody’s menurunkan peringkat bank AS pada Selasa (8/8/2023) malam. “Ada 10 bank (yang diturunkan),” ucap Lukman.

Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah Moody's menurunkan peringkat beberapa bank AS kecil hingga menengah dan inflasi Jerman melambat pada Juli.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,47 persen menjadi 102,5205 pada akhir perdagangan.

Sementara, investor mengantisipasi laporan inflasi AS Juli untuk menunjukkan ketahanan, beberapa komentar yang relatif hawkish dari beberapa pejabat Federal Reserve pada Senin (7/8/2023) mengangkat imbal hasil dolar AS.

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah menguat tipis karena investor cerna data CPI dan PPI China

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023