Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova menyatakan pergerakan Rupiah yang stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi sikap menunggu pasar menjelang pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada Kamis (27/7).

"Sementara itu, capital inflow di pasar obligasi pemerintah Indonesia masih banyak diminati investor asing," ujar dia ketika ditanya Antara, Jakarta, Senin.

Selama seminggu terakhir, rata-rata harian net beli investor asing terhadap obligasi Indonesia berkisar Rp6 triliun.

Pada penutupan perdagangan hari, rupiah mengalami stagnasi 0 persen atau 0 poin menjadi Rp15.027 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.027 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak dari Rp15.018 per dolar AS hingga Rp15.035 per dolar AS.
 

Senada, Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyampaikan bahwa investor cenderung wait and see pertemuan FOMC pada Kamis (27/7) dan rapat gubernur Bank Indonesia pekan ini.

Rupiah dinilai masih tertekan oleh penguatan dolar AS, di samping itu juga didukung oleh harapan lebih banyak stimulus dari pemerintah China.

Dia memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga, tetapi yang ditunggu adalah pernyataan yang menyertai, apakah hawkish atau dovish. "Stimulus China sangat diharapkan karena akhir-akhir terlihat mata uang Asia cukup tertekan oleh perlambatan ekonomi China dan regional," ungkap Lukman.




Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Analis: Rupiah stagnan karena pasar tunggu hasil rapat FOMC

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023