Harga minyak mentah berjangka turun pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena pelaku pasar tetap khawatir atas prospek permintaan minyak di tengah lebih banyak kenaikan suku bunga yang dapat melemahkan permintaan meskipun ada tanda-tanda pasokan yang lebih ketat.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus tergelincir 0,35 dolar AS atau 0,50 persen, menjadi menetap pada 69,16 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus merosot 0,29 dolar atau 0,39 persen menjadi menetap pada 73,85 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Dua kenaikan suku bunga AS lagi dalam tahun ini adalah proyeksi yang "sangat masuk akal", menurut Mary Daly, presiden Federal Reserve San Francisco.

Tampaknya ada jenis perdagangan risk back off yang meningkat sekarang dalam minyak mentah, dipicu oleh kenaikan suku bunga di Uni Eropa dan angka stimulus yang mengecewakan dari China, kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Kenaikan suku bunga Bank Sentral Inggris memicu likuidasi dana dan produsen energi bergerak ke mentalitas "lindung nilai sekarang", tambah Kissler.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

"Pedagang minyak di pasar global terus menghitung harga dalam resesi global dan berdasarkan apa yang kita lihat pada kurva imbal hasil Jerman dan data pagi ini dari zona euro, mereka mungkin mendapatkan keinginan mereka," kata Phil Flynn, analis senior di The PRICE Futures Group.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak turun, khawatir permintaan karena prospek kenaikan suku bunga

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023