Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dia akan menyeret Presiden Joe Biden ke penjara jika dia terpilih kembali untuk memimpin di Gedung Putih pada 2024.

Pernyataan itu disampaikan Trump setelah dia menjalani persidangan di Miami, Florida, Selasa, dalam dakwaan menyimpan dokumen rahasia milik negara.

"Saya akan menunjuk seorang jaksa khusus untuk mengejar presiden paling korup dalam sejarah Amerika Serikat, Joe Biden, dan seluruh keluarga kriminal Biden," kata Trump kepada para pendukungnya di Bedminster, New Jersey.

Trump juga menyebutkan sejumlah individu --yang tidak disebutkan namanya-- yang dia anggap bertanggung jawab karena mengacaukan pemilu dan perbatasan negara.

"Ketika saya kembali terpilih, dan kami akan terpilih kembali - kami tidak punya pilihan; kami (terancam) tidak akan memiliki negara lagi - saya akan benar-benar melenyapkan 'deep state'," katanya.

Deep state adalah istilah untuk sekelompok orang berkepentingan yang membayangi pemerintah, biasanya kelompok industri atau anggota lembaga pemerintah, yang diyakini terlibat dalam manipulasi rahasia dan pengendalian kebijakan pemerintah.

Dia juga menyebut dakwaan terhadapnya sebagai "pelecehan paling jahat dan keji dalam sejarah negara kita (AS)".

Trump pada Selasa (13/6) mengaku tidak bersalah atas 37 dakwaan yang diajukan oleh jaksa federal terkait dengan dugaan penyimpanan dokumen rahasia pemerintah setelah dia meninggalkan Gedung Putih.
Trump menjadi mantan presiden AS pertama yang menghadapi dakwaan federal setelah dia didakwa oleh dewan juri Florida pada pekan lalu. Dia menghadapi dakwaan terpisah terkait dengan urusan bisnis di New York.

Trump juga mengecam Demokrat, dan mengatakan bahwa dakwaan terhadapnya itu bertujuan untuk mengalihkan perhatian dari skema suap yang diduga melibatkan keluarga Biden.

"Mereka ingin mengalihkan perhatian dari spionase yang sebenarnya dan kejahatan yang sebenarnya ... Mari kita keluar dan mendakwa Presiden Trump agar mereka tidak berbicara tentang suap 5 juta dolar AS," katanya.

Trump menegaskan kembali bahwa kasus yang menimpanya bermotif politik. Tuduhan itu dibantah oleh penasihat khusus penyelidikan Trump, Jack Smith, yang ditunjuk oleh Jaksa Agung AS Merrick Garland pada November untuk secara independen melakukan penyelidikan federal terhadap penyimpanan dokumen rahasia Trump selepas jadi presiden.


Bersaing dengan Mike Pence

Mantan  Presiden AS Donald Trump akan bersaing dengan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence dalam kampanyenya di tingkat Partai Republik untuk pemilihan presiden 2024 dan berjanji akan mengubah AS agar menghormati konstitusi dan nilai-nilai konservatif.

Pencalonan Pence menambah daftar para kader Partai Republik AS (Republikan) yang bersaing untuk bisa ditunjuk mewakili partainya dalam Pemilu Presiden AS pada November 2024.

Pence menyatakan siap menantang mantan bosnya, Trump, yang bekerja bersamanya di Gedung Putih selama empat tahun hingga 2021. Pasangan itu menjabat sebagai presiden dan wakil presiden AS pada periode 2017-2021.

Pence menjadi wakil presiden pertama dalam politik modern AS yang akan menantang mantan pasangannya.
"Saat ini partai kita dan negara kita membutuhkan seorang pemimpin yang akan memikat, seperti yang dikatakan Lincoln, 'sifat-sifat malaikat yang lebih baik dalam diri kita'," kata Pence dalam sebuah video yang dirilis Rabu menjelang kampanyenya di Iowa.

Iowa adalah negara bagian AS pertama yang akan menggelar pemungutan suara untuk menentukan calon presiden dari Partai Republik.

Dalam pidatonya kepada para pendukungnya, Pence mengatakan bahwa Trump telah memaksanya untuk memilih antara menjadi presiden pada saat itu dan konstitusi, menyusul kekalahan mereka pada pemilu 2020.

"Siapa pun yang menempatkan dirinya melangkahi konstitusi tidak boleh menjadi presiden Amerika Serikat, dan siapa pun yang meminta orang lain untuk menempatkan dirinya melampaui konstitusi tidak boleh menjadi presiden Amerika Serikat lagi," ujar Pence.

Sejak meninggalkan jabatannya, Pence, seorang konservatif yang juga pernah menjabat sebagai anggota kongres Indiana dan gubernur, telah menjaga jarak dari Trump.

Pada Maret, dia melontarkan komentar pedas soal peran mantan presiden itu dalam serangan di Gedung Capitol pada Januari 2021.

Pence (64 tahun) mengatakan pada saat itu bahwa perintah Trump terhadap para perusuh di Gedung Capitol dan perkataannya yang gegabah dan mengarah pada serangan telah "membahayakan keluarga saya dan semua orang di Capitol pada hari itu."

Di antara sejumlah bakal calon presiden dari Partai Republik, jajak pendapat menunjukkan bahwa hanya Trump dan Gubernur Florida Ron DeSantis yang berhasil meraih dukungan dua digit.
Pada Rabu (7/6), Gubernur Dakota Utara Doug Burgum juga bergabung dalam pencalonan dari Partai Republik.

Sementara itu, Partai Demokrat memiliki lebih sedikit kandidat bakal calon presiden pada pilpres 2024. Presiden Joe Biden (80 tahun), yang meluncurkan kampanye pencalonannya untuk kedua kalinya pada akhir April, sejauh ini tidak memiliki saingan berat.

Namun, jajak pendapat menunjukkan bahwa dukungan publik untuk upaya Biden memenangi masa jabatan kedua di Gedung Putih masih belum meyakinkan, bahkan di kalangan Demokrat sendiri.

Sumber: Kyodo-OANA/Anadolu



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Trump bersumpah akan seret Biden ke penjara jika kembali jadi presiden

Pewarta: Shofi Ayudiana

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023