Harga minyak jatuh hampir tiga dolar AS per barel pada akhir perdagangan, Selasa (Rabu pagi WIB), setelah komentar dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell memicu kekhawatiran kenaikan suku bunga, dolar menguat dan importir minyak mentah utama China mengeluarkan data yang lemah.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei tergelincir 2,89 dolar AS atau 3,4 persen, menjadi ditutup pada 83,29 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April merosot 2,88 dolar AS atau 3,6 persen, menjadi menetap pada 77,58 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Itu adalah penurunan prosentase satu hari terbesar untuk kedua kontrak sejak 4 Januari.
Powell mengatakan kepada Kongres bahwa Fed kemungkinan perlu menaikkan suku bunga lebih besar dari yang diharapkan mengingat data ekonomi yang kuat baru-baru ini, mendorong sebagian besar komoditas dan pasar keuangan lebih rendah.
"Komentar itu mengoyak pasar, yang telah mengambil sentimen risk-off," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York City.
Pernyataan tersebut mendorong dolar AS, yang melonjak lebih dari satu persen ke level tertinggi tiga bulan, membebani minyak berdenominasi dolar karena membuatnya lebih mahal bagi pembeli yang membayar dengan mata uang lain.
Lebih banyak tekanan datang dari kontraksi ekspor dan impor China pada Januari dan Februari, termasuk impor minyak mentah, meskipun pembatasan COVID-19 dicabut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei tergelincir 2,89 dolar AS atau 3,4 persen, menjadi ditutup pada 83,29 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April merosot 2,88 dolar AS atau 3,6 persen, menjadi menetap pada 77,58 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Itu adalah penurunan prosentase satu hari terbesar untuk kedua kontrak sejak 4 Januari.
Powell mengatakan kepada Kongres bahwa Fed kemungkinan perlu menaikkan suku bunga lebih besar dari yang diharapkan mengingat data ekonomi yang kuat baru-baru ini, mendorong sebagian besar komoditas dan pasar keuangan lebih rendah.
"Komentar itu mengoyak pasar, yang telah mengambil sentimen risk-off," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York City.
Pernyataan tersebut mendorong dolar AS, yang melonjak lebih dari satu persen ke level tertinggi tiga bulan, membebani minyak berdenominasi dolar karena membuatnya lebih mahal bagi pembeli yang membayar dengan mata uang lain.
Lebih banyak tekanan datang dari kontraksi ekspor dan impor China pada Januari dan Februari, termasuk impor minyak mentah, meskipun pembatasan COVID-19 dicabut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023