Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar menyerukan kepada semua pihak untuk terus melawan radikalisme dan terorisme di Tanah Air.

"Ini adalah perang totalitas menghadapi ideologi terorisme yang tidak dapat diatasi oleh kelompok tertentu atau instansi tertentu, tetapi seluruh masyarakat kami libatkan," kata Boy Rafli Amar di Jakarta, Selasa.

Jenderal bintang tiga tersebut mengatakan seruan tersebut berangkat dari keterbatasan yang dihadapi BNPT di tengah beragamnya aksi radikalisasi yang berkembang di masyarakat.

Oleh karena itu, BNPT RI terus merangkul berbagai pihak, baik dalam wadah tim sinergi kementerian/lembaga maupun masyarakat luas dengan menerapkan konsep kerja sama multipihak (pentahelix) guna mencegah ideologi yang bertentangan konsepsi bangsa Indonesia.

Mantan Kapolda Papua dan Banten tersebut menegaskan bahwa terorisme tidak terkait dengan agama tertentu. Namun, jaringan terorisme justru kerap  menyalahgunakan narasi-narasi dalam istilah agama untuk mendapatkan simpati masyarakat Indonesia.

Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) Tahun 1988 tersebut mengatakan BNPT RI akan terus berkomitmen dalam menuntaskan segala bentuk terorisme di Tanah Air, baik yang bermotif politik maupun ideologi.

Sebagai koordinator dalam penanggulangan terorisme, lembaga itu terus memaksimalkan aspek pencegahan dan mendukung peran penindakan terhadap kasus terorisme bermuatan politik. Sebagai contoh yang dilakukan Kelompok Kekerasan Bersenjata (KKB) Papua.

"Kami akan memaksimalkan peran koordinasi di Papua, terutama aparat penegak hukum untuk menggunakan pasal-pasal tindak pidana terorisme secara tegas dan terukur," kata Boy.

Dalam memaksimalkan peran koordinasi itu, BNPT meningkatkan kewaspadaan mengingat kondisi geografis dan kelompok bersenjata yang seolah-olah berbaur dengan masyarakat.
Napiter kambuhan

Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar mengatakan dari ribuan eks narapidana terorisme (napiter) yang mengikuti kegiatan deradikalisasi di luar lembaga pemasyarakatan (lapas), ratusan di antaranya kembali menjadi residivis kasus terorisme.

Sementara untuk kegiatan deradikalisiasi di dalam lapas, Boy menyebut BNPT telah melakukan 355 kegiatan deradikalisasi terhadap 475 napiter yang tersebar di 62 lapas dan satu Lapas khusus teroris kelas IIB Sentul, Jawa Barat.

"Di luar lapas, BNPT telah melaksanakan kegiatan deradikalisasi terhadap 1.192 orang atau kelompok orang eks napiter. Dari total eks napiter yang terindikasi sejumlah 1.036, sebanyak 116 (eks napiter) kembali menjadi residivis kasus terorisme, dari data tersebut 19 orang masih berada di dalam Lapas," kata Boy dalam rapat kerja bersama Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin.

Baca juga: BNPT: Pendalaman kasus terorisme penting untuk gali aliran dana

Baca juga: BNPT: Kelompok marginal rentan dipengaruhi hal buruk

Boy menyebut beberapa eks napiter yang kembali menjadi residivis terorisme itu di antaranya adalah Agus Sujatno, pelaku bom bunuh diri di Polsek Astanaanyar, Bandung, pada 7 Desember 2022.

"Kami tentu tidak ingin aksi bom bunuh diri ini terjadi kembali. Oleh karena itu BNPT berkomitmen untuk meningkatkan pengawasan terhadap eks narapidana terorisme yang khususnya berstatus masih merah," ujarnya.

Ia pun mengatakan di antara para eks napiter yang keluar dari lapas tidak semuanya telah berikrar setia kepada NKRI dan menginsyafi perbuatannya, sehingga hal itu disebutnya menjadi tantangan bagi BNPT ke depan.

"Setidak-tidaknya dalam data kami sekitar 80 persen adalah bagian dari mereka-mereka yang masih bersikukuh dengan pendiriannya, dengan ideologi-nya. Jadi karena memang kita menghadapi kelompok kita menghadapi kelompok yang memang di antara mereka masih ada yang yakin dengan apa yang diyakini adalah sebagai sebuah kebenaran. Inilah tantangan kita di masa yang akan datang," tuturnya.

Menurut dia, hal itu karena para eks napiter tersebut mengalami kekeliruan dalam berpikir atau distorsi kebenaran sehingga pemberian hukuman tahanan dan program deradikalisasi menjadi sulit untuk memberikan efek jera.

"Jadi fakta-fakta itulah yang mendorong pada akhirnya ketika ada ajakan-ajakan dari pihak-pihak lain yang sebenarnya dia pernah terkait, dia ulangi lagi. Jadi memang kita mengevaluasi masalah ini dan kemudian pentingnya kolaborasi dalam pengawasan yang kita tingkatkan," kata Boy yang ditemui usai raker.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPT serukan semua pihak lawan radikalisme dan terorisme

Pewarta: Muhammad Zulfikar

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023