Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Rabu sore, karena tanda-tanda perlambatan inflasi di Amerika Serikat meredakan ketakutan bahwa pengguna minyak terbesar di dunia itu mungkin menghadapi resesi ketika kenaikan suku bunga lebih lanjut dan dolar yang lebih lemah mendukung beberapa minat beli.

Minyak mentah berjangka Brent naik tipis 8 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 85,54 dolar AS per barel pada pukul 07.27 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 20 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 79,07 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak naik untuk hari kedua berturut-turut, setelah naik sekitar 1,0 persen di sesi sebelumnya.

"Sentimen bergeser di tengah musim pelaporan keuangan perusahaan yang positif. Tanda-tanda pendinginan inflasi juga meningkatkan ekspektasi bahwa Fed akan dapat menghentikan kenaikan suku bunga," kata analis komoditas ANZ dalam sebuah catatan.

Ekspektasi kenaikan suku bunga membantu menurunkan indeks dolar, yang mendukung harga minyak karena pelemahan greenback membuat komoditas lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Semua mata akan tertuju pada pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+ pada Rabu, di mana para produsen diharapkan akan mendukung target produksi mereka saat ini yang disepakati pada November.

Produksi minyak OPEC turun pada Januari, karena ekspor Irak turun dan produksi Nigeria belum pulih, dengan 10 anggota OPEC memompa 920.000 barel per hari (bph) di bawah volume yang ditargetkan grup berdasarkan perjanjian OPEC+, sebuah survei Reuters menemukan.
 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023