Ketua E-Sports Indonesia (ESI) Kota Bandung, Dandan Riza Wardhana ingin memaksimalkan peran atau kanal perbankan dari sisi bisnis, baik itu transaksi atau akses permodalan dan hal tersebut merupakan potensi tambahan.
 
Berdasarkan data yang dihimpun, pada tahun 2021, Indonesia merupakan negara pendorong utama pertumbuhan industri esport di Asia Tenggara karena berkontribusi 43 persen dari total 274,5 juta. 
 
Selain itu Indonesia juga menyumbang pendapatan terbesar senilai 2,08 miliar dollar AS atau sekitar Rp30 triliun rupiah.
 
“Angka ini sangat fantastis. Dan momentum ini harus dijaga karena pertumbuhannya bisa terus meningkat dari tahun ke tahun mendatang," kata Dandan Riza Wardhana, di Kota Bandung, Minggu.
 
Dia optimistis bahwa tren positif secara global ini berdampak di skala regional dan fokus kinerja pada tahun 2023 tak hanya mencari atlet atau menggelar kompetisi saja, namun ia ingin bisa lebih dari itu, salah satunya memaksimalkan peran atau kanal perbankan.
 
"Pencarian atau regenerasi atlet dari Kota Bandung sudah tentu menjadi agenda utama kami. Kami ingin menyumbangkan atlet untuk mewakili Indonesia di turnamen internasional seperti Asian Games,” kata Dandan Riza Wardhana.
 
Dia menuturkan setelah pandemi, tentu keingingan dari sisi ekosistemnya harus bisa tumbuh lebih baik dan developer (pengembang) gim lokal juga menjadi fokus pihaknya. 
 
"Salah satu yang ingin kami wujudkan adalah membuat expo secara reguler dimana semua pelaku dan yang berhubungan dengan industri ini bertemu. Semua akan dibahas, mudah-mudahan terealisasi atau pondasinya sudah kuat mulai tahun ini," kata dia.
 
Perkembangan industri e-sports secara global diprediksi terus meningkat hingga tahun-tahun mendatang dan momentum ini harus dijaga dan diikuti oleh dukungan ekosistem skala lokal.
 
Berdasarkan data International Esports Federation (IESF), per tahun 2019, total penggemar esports sudah mencapai 201,2 juta. 
 
Hal itu diperkuat dengan laporan Limelight Networks yang mencatat 69,2 persen masyarakat kini lebih memilih bermain gim dibandingkan menonton televisi dan film untuk konten hiburan.
 
Pelaku atau penikmat industri ini didominasi oleh warga milenial di rentang usia 13 hingga 35 tahun. 
 
Stigma negatif yang dulu melekat kini berubah dan bisa menjadi karir yang menjanjikan. Orang tua tak sedikit yang mendukung agar anaknya bisa menjadi atlet atau pro player.
 
Satu dari sekian banyak alasannya tentu pundi-pundi uang yang bisa diraih. 
 
Salah satu contohnya, berdasarkan data Eschart, saat ini Kenny Deo atau Xepher dari Tim T1 ini masih menjadi pemain dengan pendapatan tertinggi. 
 
Ia telah mengumpulkan hadiah kemenangan mencapai US$373.080 atau sekitar Rp5,9 miliar. 
 
Adapun, Statista mencatat N0tail jadi pemain esports di dunia dengan penghasilan tertinggi mencapai 7,18 juta Dolar Amerika Serikat.
 
Maka, tak heran jika tim esports turut mendapat efek positif. Perekrutan anggota atau mencari bakat potensial kian massif. 
 
 
 
 

Pewarta: ASJ

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023