ANTARAJAWABARAT.com,27/9 - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) meminta agar Menteri BUMN Dahlan Iskan menjadi komandan terkait putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, yang memutuskan bahwa Telkomsel dalam keadaan pailit setelah permohonan PT Prima Jaya Informatika dikabulkan.

"Komandannya kan Pak Dahlan Iskan. Ini (Telkomsel) kan BUMN, Telkom kan BUMN, Telkomsel kan anak perusahaan Telkom," kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring, di Kota Bandung, Kamis.

Menurut Tifatul, Dahlan Iskan adalah leading sector bagi semua BUMN yang ada di Indonesia.

"Dia (Dahlan Iskan) leading sector, ini kan salah satu BUMN. Misalnya Pertamina, maka Dahlan Iskan yang harus leading, jangan Menteri ESDM-nya," kata menteri.

Ia mengatakan, bukan sebuah langkah bijak apabila Kemenkominfo terlalu ikut serta dalam perkara pailit Telkomsel tersebut.

"Nanti kalau kami terlalu maju, ini urusannya apa ini? Ini kan masalah dibawah mereka (Kementerian BUMN)," ujar Tifatul.

Menurut dia, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait perkara pailit Telkomsel, salah satunya dengan Menteri BUMN Dahlan Iskan.

"Saya juga sudah bicara dengan Pak Dahlan Iskan, kemudian dengan Telkom karena mereka kan stakeholdernya. Kita ketahui kan industri telekomunikasi sarat akan modal dan keuntungan asing," kata dia.

Terkait langkah kasasi yang diajukan oleh Telkomsel atas putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang menyatakan perusahaan itu dalam keadaan pailit, atas gugatan PT Prima Jaya Informatika, Menkominfo menyarankan agar Mahkamah Agung (MA) menyarankan untuk bersikap adil.
"Secara logika, tidak mungkin, suatu perusahaan yang asetnya bernilai ratusan triliun, itu digugat gara-gara Rp5,7 miliar kemudian dipailitkan. Ini menurut saya, perlu Mahkamah Agung memperhatikan hal ini. Pengadilan perlu fair juga gitu loh. Melihat pertimbangan-pertimbangan itu," kata Tifatul Sembiring, di Kota Bandung, Kamis.

Ia menuturkan, di industri komunikasi Indonesia, Telkomsel adalah salah satu perusahaan yang saham "merah putih"nya paling besar.

"Jadi, hal-hal itulah yang harus perlu dipertimbangkan," kata Tifatul.***1***

Ajat S

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012