ANTARAJAWABARAT.com,16/7 - Pemrotes melempar tomat dan sepatu ke rombongan kendaraan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Ahad (15/7), selama kunjungan pertamanya ke Mesir sejak terpilihnya tokoh Ikhwanul Muslimin Mohammed Moursi.

Satu tomat mengenai muka seorang pejabat Mesir, dan sepatu serta botol air mendarat di dekat mobil lapis baja yang membawa rombongan Hillary di Kota Pelabuhan Iskandariyah.

Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan baik Hillary maupun kendaraannya, yang terlindung dalam peristiwa itu, tak terkena apa pun benda yang dilemparkan.

Pemrotes berteriak "Monica, Monica:, rujukan kepada hubungan di luar nikah mantan presiden AS Bill Clinton. Sebagian pemrotes bahkan berteriak "pergi lah, (Hillary) Clinton), kata beberapa pejabat Mesir.

Tidak jelas siapa pemrotes tersebut atau afiliasi politik mereka. Pemrotes di luar hotel Hillary, Sabtu malam (14/7), meneriakkan slogan anti-Islam, dan menuduh Amerika Serikat mendukung kebangkitan Ikhwanul Muslimin ke tampuk kekuasaan.

Serangan terhadap rombongan kendaraan Hillary terjadi pada hari ia berbicara di Konsulat AS yang baru dibuka kembali di Iskandriyah, demikian laporan Reuters --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin pagi.

Ia dijadwalkan menjawab tuduhan bahwa Amerika Serikat --yang telah lama mendukung mantan presiden Hosni Mubarak-- mendukung satu faksi atau faksi lain di Mesir setelah tergulingnya Mubarak tahun lalu.

"Saya ingin menjelaskan Amerika Serikat tidak terlibat, di Mesir, dalam memilih pemenang dan pekalah, sekalipun kami dapat, tapi tentu saja kami tak bisa," kata Hillary.

Ia juga bertemu dengan jenderal senior di negeri itu, Panglima Tertinggi Hussein Tantawi, Ahad, guna membahas peralihan penuh goncangan menuju demokrasi di Mesir sementara militer berjuang menanamkan pengaruh pada presiden baru.

Pertemuan tersebut diselenggarakan sehari setelah Hillary bertemu dengan Moursi, yang kekuasaannya "ditelikung" oleh militer beberapa hari sebelum ia memangku jabatan.

Moursi membalas dengan memulihkan parlemen, yang didominasi kubu Muslim dan telah dibubarkan oleh pemimpin militer setelah pengadilan memutuskan lembaga itu "tidak sah". Tindakan Moursi menambah dalam sengketa sebelum pemimpin baru tersebut bahkan memiliki waktu untuk membentuk pemerintah.

Hasilnya ialah ketidakpastian akut politik saat bermacam pusat kekuatan berusaha menemukan cara untuk memegang peran di negara yang masih belum memiliki pemerintah, parlemen atau UUD permanen, lebih setahun setelah Mubarak terguling.

Dalam pembicaraan mereka selama satu jam, Hillary dan Tantawi membahas peralihan politik di Mesir dan "dialog yang masih berlangsung antara militer dan Presiden Moursi", kata seorang pejabat yang mengikuti Hillary di dalam pernyataan singkat melalui surel.

"Tantawi menekankan ini lah yang paling diperlukan rakyat Mesir --bantunya bagi kembalinya ekonomi ke jalurnya," kata pejabat itu.

Pembicaraan tersebut juga menyentuh kondisi tanpa hukum yang kian berlangsung di wilayah Sinai dan proses perdamaian Palestina-Israel.

Setelah pertemuan itu, Tantawi mengatakan militer menghormati Presiden tapi takkan bergeser dari perannya "melindungi" Mesir.

antara

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012