Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung mengimbau kepada masyarakat agar mewaspadai akhir musim hujan di Bandung Raya yang terjadi pada April 2022 ini.
Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan pada akhir musim hujan April ini, curah hujan diprediksi akan terjadi lebih tinggi dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.
Baca juga: Siklon Tropis Paddy sebabkan empat hari Bandung tak hujan
"Kondisi ini, disebabkan tingginya aktivitas pembentukan awan konvektif yang disebabkan oleh faktor labilitas atmosferik lokal," kata Teguh di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Ketika curah hujan meningkat, menurutnya potensi bencana hidrometeorologi juga meningkat. Terutama, kata dia, fenomena alam yang berpotensi terjadi yakni angin kencang atau angin puting beliung hingga hujan es.
"Perubahan cuaca yang dinamis juga patut diwaspadai karena dapat menyebabkan menurunnya stamina atau imunitas tubuh," kata dia.
Selain itu, peralihan musim ini menurutnya berpotensi membuat suhu di wilayah Bandung Raya lebih dingin karena adanya proses pendinginan evaporatif. Teguh mengatakan proses pembentukan awan konvektif diawali oleh proses evaporasi.
"Proses evaporasi didominasi oleh proses perubahan fasa air, dari kondisi cair menjadi gas. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pendinginan di lingkungan terjadinya evaporasi atau biasa disebut sebagai pendinginan evaporatif," kata dia.
Baca juga: BMKG prakirakan sejumlah kota besar alami hujan ringan, bagaimana Bandung?
Dia menjelaskan pendinginan evaporatif adalah pendinginan udara karena penyerapan panas laten molekul air. Ketika air menguap, proses penguapan membutuhkan energi panas (kalor) dari lingkungan agar penguapan terjadi.
"Dengan menghilangkan kalor dari udara, maka udara menjadi dingin," kata Teguh.
Baca juga: Pemkot Bandung inventarisir titik-titik banjir, ini tujuannya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan pada akhir musim hujan April ini, curah hujan diprediksi akan terjadi lebih tinggi dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.
Baca juga: Siklon Tropis Paddy sebabkan empat hari Bandung tak hujan
"Kondisi ini, disebabkan tingginya aktivitas pembentukan awan konvektif yang disebabkan oleh faktor labilitas atmosferik lokal," kata Teguh di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Ketika curah hujan meningkat, menurutnya potensi bencana hidrometeorologi juga meningkat. Terutama, kata dia, fenomena alam yang berpotensi terjadi yakni angin kencang atau angin puting beliung hingga hujan es.
"Perubahan cuaca yang dinamis juga patut diwaspadai karena dapat menyebabkan menurunnya stamina atau imunitas tubuh," kata dia.
Selain itu, peralihan musim ini menurutnya berpotensi membuat suhu di wilayah Bandung Raya lebih dingin karena adanya proses pendinginan evaporatif. Teguh mengatakan proses pembentukan awan konvektif diawali oleh proses evaporasi.
"Proses evaporasi didominasi oleh proses perubahan fasa air, dari kondisi cair menjadi gas. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pendinginan di lingkungan terjadinya evaporasi atau biasa disebut sebagai pendinginan evaporatif," kata dia.
Baca juga: BMKG prakirakan sejumlah kota besar alami hujan ringan, bagaimana Bandung?
Dia menjelaskan pendinginan evaporatif adalah pendinginan udara karena penyerapan panas laten molekul air. Ketika air menguap, proses penguapan membutuhkan energi panas (kalor) dari lingkungan agar penguapan terjadi.
"Dengan menghilangkan kalor dari udara, maka udara menjadi dingin," kata Teguh.
Baca juga: Pemkot Bandung inventarisir titik-titik banjir, ini tujuannya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022