Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil atau akrab disapa Kang Emil mengapresiasi inovasi petani milenial Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang mampu membangkitkan perekonomian warga di tengah pandemi COVID-19 yang berkepanjangan.
Salah satunya, usaha pengembangan jamur tiram di Komplek Kantor Cabang Dinas Kehutanan Wilayah III Sukabumi, Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi yang dikembangkan para petani milenial.
Baca juga: Pemkot Depok dukung milenial garap pertanian perkotaan
"Inovasi yang dilakukan para petani milenial ini patut dicontoh seperti mengembangkan usaha budidaya jamur tiram yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sehingga di masa pandemi COVID-19 mereka mampu bertahan bahkan membantu membangkitkan perekonomian warga sekitar," kata Kang Emil di Sukabumi, Kamis (10/2).
Melalui inovasinya tersebut, mereka mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah bahkan, ia yang memiliki tugas berat untuk membuka lapangan pekerjaan di masa pandemi COVID-19 ini bisa berkolaborasi dengan para petani milenial untuk membuka lapangan pekerjaan baru di sektor pengembangan usaha pertanian.
Menurut Kang Emil, budidaya jamur tiram ini bisa dikembangkan oleh siapapun karena tidak membutuhkan lahan yang luas ditambah, asalkan warga mau menekuninya dan bersabar maka bisa berhasil seperti apa yang telah dilakukan oleh para petani milenial ini.
Baca juga: Pemprov Jabar sosialisasikan Program Petani Milenial ke 18 kabupaten
Selain itu, di era digitalisasi seperti sekarang ini, dalam pemasarannya pun bisa memanfaatkan media sosial ataupun marketplace, sehingga bisa menambah pendapatan karena selain menjual secara offline juga online.
"Tidak perlu jauh-jauh datang atau pindah ke kota, di desa pun banyak peluang usaha yang bisa dikembangkan apalagi jaringan internet sudah masuk hingga ke pelosok, tinggal bagaimana kita berinovasi dan membaca peluang usaha," tambahnya.
Emil mengatakan dari hasil komunikasi dengan para petani milenial yang mengembangkan usaha budidaya jamur tiram ini rata-rata mereka berpenghasilan Rp4 juta hingga Rp5 juta setiap bulannya atau setara upah minimum di kota-kota besar.
Sementara, seorang petani jamur tiram Surya menambahkan awal mula dirinya terjun ke dunia usaha budidaya jamur tiram ini ternyata permintaannya cukup tinggi, bahkan di Sukabumi pun banyak yang meminta pasokan.
Sebelum memulai usahanya, ia pun tidak ingin salah langkah, tetapi terlebih dahulu membaca peluang pasar setelah diyakini penyerapannya bisa menguntungkan maka Surya pun langsung mencoba membudidayakannya.
"Peluang pasarnya masih terbuka lebar, bahkan untuk wilayah Sukabumi saja permintaannya hampir satu ton setiap harinya, tetapi saya baru bisa memenuhi permintaan 150 kg hingga 200 kg/hari, sehingga kami mengajak warga untuk ikut mengembangkan usaha ini," tambahnya.
Baca juga: Petani milenial ingin pertanian jadi sektor prioritas pemulihan ekonomi Bogor
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
Salah satunya, usaha pengembangan jamur tiram di Komplek Kantor Cabang Dinas Kehutanan Wilayah III Sukabumi, Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi yang dikembangkan para petani milenial.
Baca juga: Pemkot Depok dukung milenial garap pertanian perkotaan
"Inovasi yang dilakukan para petani milenial ini patut dicontoh seperti mengembangkan usaha budidaya jamur tiram yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sehingga di masa pandemi COVID-19 mereka mampu bertahan bahkan membantu membangkitkan perekonomian warga sekitar," kata Kang Emil di Sukabumi, Kamis (10/2).
Melalui inovasinya tersebut, mereka mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah bahkan, ia yang memiliki tugas berat untuk membuka lapangan pekerjaan di masa pandemi COVID-19 ini bisa berkolaborasi dengan para petani milenial untuk membuka lapangan pekerjaan baru di sektor pengembangan usaha pertanian.
Menurut Kang Emil, budidaya jamur tiram ini bisa dikembangkan oleh siapapun karena tidak membutuhkan lahan yang luas ditambah, asalkan warga mau menekuninya dan bersabar maka bisa berhasil seperti apa yang telah dilakukan oleh para petani milenial ini.
Baca juga: Pemprov Jabar sosialisasikan Program Petani Milenial ke 18 kabupaten
Selain itu, di era digitalisasi seperti sekarang ini, dalam pemasarannya pun bisa memanfaatkan media sosial ataupun marketplace, sehingga bisa menambah pendapatan karena selain menjual secara offline juga online.
"Tidak perlu jauh-jauh datang atau pindah ke kota, di desa pun banyak peluang usaha yang bisa dikembangkan apalagi jaringan internet sudah masuk hingga ke pelosok, tinggal bagaimana kita berinovasi dan membaca peluang usaha," tambahnya.
Emil mengatakan dari hasil komunikasi dengan para petani milenial yang mengembangkan usaha budidaya jamur tiram ini rata-rata mereka berpenghasilan Rp4 juta hingga Rp5 juta setiap bulannya atau setara upah minimum di kota-kota besar.
Sementara, seorang petani jamur tiram Surya menambahkan awal mula dirinya terjun ke dunia usaha budidaya jamur tiram ini ternyata permintaannya cukup tinggi, bahkan di Sukabumi pun banyak yang meminta pasokan.
Sebelum memulai usahanya, ia pun tidak ingin salah langkah, tetapi terlebih dahulu membaca peluang pasar setelah diyakini penyerapannya bisa menguntungkan maka Surya pun langsung mencoba membudidayakannya.
"Peluang pasarnya masih terbuka lebar, bahkan untuk wilayah Sukabumi saja permintaannya hampir satu ton setiap harinya, tetapi saya baru bisa memenuhi permintaan 150 kg hingga 200 kg/hari, sehingga kami mengajak warga untuk ikut mengembangkan usaha ini," tambahnya.
Baca juga: Petani milenial ingin pertanian jadi sektor prioritas pemulihan ekonomi Bogor
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022