Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah penarikan persediaan AS yang lebih besar dari perkiraan, mengurangi kekhawatiran tentang kemungkinan pukulan terhadap aktivitas ekonomi dari penyebaran varian virus corona Omicron.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari mengakhiri hari dengan kenaikan 1,31 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi 75,29 dolar AS per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari menetap di 72,76 dolar AS per barel, melonjak1,64 dolar AS atau 2,3 persen.

Baca juga: Minyak ditutup lebih tinggi, tapi pasar waspadai Omicron

Persediaan AS turun lebih besar dari yang diperkirakan, dengan stok minyak mentah merosot 4,7 juta barel, meskipun itu sebagian karena pertimbangan pajak akhir tahun yang mendorong perusahaan untuk tidak menyimpan barel minyak mentah.

"Kami melihat penurunan produksi, kami melihat persediaan dan minyak mentah turun, sehingga memberikan pasar prospek yang mendukung," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago. "Karena persediaan di bawah rata-rata, tidak ada banyak ruang untuk kesalahan."

Pembatasan mobilitas yang didorong oleh virus corona di seluruh dunia menambah kekhawatiran akan penurunan permintaan bahan bakar. Jerman, Irlandia, Belanda, dan Korea Selatan termasuk di antara negara-negara yang telah menerapkan kembali penguncian sebagian atau penuh atau langkah-langkah jarak sosial lainnya dalam beberapa hari terakhir.
Reli pasar minyak mungkin juga didukung sebagian oleh utilitas Eropa yang mengalihkan sumber listrik mereka ke minyak pemanas dari gas alam karena rekor harga tertinggi di benua itu.

Baca juga: Harga minyak naik tipis di Asia, investor tetap khawatir penyebaran Omicron

"Apa yang kita lihat dalam gas alam di Eropa akan mengarah pada peralihan berkelanjutan dari gas alam ke minyak untuk menghasilkan tenaga listrik," kata Andrew Lipow dari Lipow Oil Associates di Houston. "Itu permintaan tak terduga yang akan bertahan selama beberapa bulan ke depan."

Masih belum jelas apakah varian Omicron lebih mematikan daripada Delta, varian yang dominan dalam beberapa bulan terakhir. Sebuah penelitian dari Afrika Selatan menunjukkan bahwa virus itu lebih kecil kemungkinannya untuk mengirim orang ke rumah sakit daripada Delta ketika pemerintah-pemerintah di seluruh dunia berusaha menahan penyebaran varian yang cepat.

Kepala eksekutif Moderna Stephane Bancel mengatakan pada Selasa (21/12/2021) bahwa produsen vaksin tidak memperkirakan masalah dalam mengembangkan suntikan booster untuk melindungi dari varian Omicron.

Pfizer, salah satu produsen utama vaksin COVID-19, mengatakan pil antivirus COVID-19 telah disetujui untuk digunakan di dalam negeri. Obat ini menargetkan orang-orang yang telah tertular virus dan efektif dalam mengurangi gejala dan rawat inap, kata perusahaan itu.

Baca juga: Harga minyak anjlok, penyebaran cepat Omicron redupkan prospek permintaan

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021