Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi kerja sama Nahdlatul Ulama (NU), karena mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam program vaksinasi COVID-19.

"Terima kasih juga untuk Nahdlatul Ulama yang telah mengajak masyarakat untuk menaati protokol kesehatan dan mengajak masyarakat untuk berbondong-bondong ikut dalam program vaksinasi," kata Presiden Jokowi saat membuka Muktamar Ke-34 NU, di Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Rabu.

Baca juga: Presiden minta dukungan ulama NU sukseskan vaksinasi massal

Ikut hadir dalam pembukaan Muktamar Ke-34 NU tersebut Ibu Negara Iriana Jokowi, Wakil Presiden sekaligus Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ma'ruf Amin serta istri Wury Ma'ruf Amin, Rais Aam PBNU Miftahul Akhyar, Ketua Umum PBNU Saiq Aqil Siradj, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, para menteri kabinet Indonesia Maju, para pejabat serta pengurus PBNU lainnya.

"Ini saya rasakan betul betapa ajakan para kiai, para ulama betul-betul berdampak pada keinginan masyarakat untuk ikut vaksinasi," kata Presiden pula.

Presiden Jokowi pun menceritakan mengenai awalnya banyak pihak menolak untuk disuntikkan vaksin AstraZeneca.
"Pada awal-awal program vaksinasi, begitu keluar yang namanya vaksin AstraZeneca, banyak daerah yang tidak mau mengambil padahal saat itu stok yang banyak adalah AstraZeneca tapi begitu saat itu ada telepon dari para kiai dari Jawa Timur, 'Pak Presiden silakan semuanya vaksin kirim ke Jawa Timur, kami terima.'. Besoknya saya ke Jawa Timur, betul para kiai berkumpul dan benar-benar semuanya mau menerima vaksin itu," ujar Presiden.

Baca juga: PBNU ajak masyarakat sukseskan vaksinasi COVID-19

Setelah peristiwa tersebut, Presiden Jokowi menyebut satu per satu daerah pun mau untuk mengikuti program vaksinasi COVID-19.

"Inilah pengaruh para ulama, para kiai dalam mengajak masyarakat untuk ikut vaksinasi," ungkap Presiden.

Presiden Jokowi juga berterima kasih atas peran NU untuk membantu Pemerintah dalam menenangkan umat saat masa pandemi COVID-19.

"Kita tahu di bulan Juli tahun ini, tepatnya pertengahan Juli, 15 Juli kita berada dalam posisi yang sangat mencekam, ngeri kalau saya ceritakan karena semua rumah sakit di Jawa Bali penuh, oksigen kurang, obat habis. Kasus harian saat itu 56 ribu, sehingga rumah sakit tidak cukup lagi, di lorong-lorong rumah sakit semua pasien antre untuk masuk ke ICU, alhamdulillah berkat dukungan dari NU kemarin kasusnya alhamdulillah kasus hanya 216 kasus di seluruh Tanah Air," ujar Presiden pula.

Bila dibandingkan, menurut Presiden Jokowi, Indonesia yang memiliki 514 kabupaten/kota berarti setiap kabupaten/kota hanya ada setengah kasus terkonfirmasi COVID-19.
"Untuk vaksinasi kita juga sudah menyuntikkan 263 juta vaksin kepada masyarakat. Bapak kiai bisa membayangkan menyuntikkan kepada 263 juta kali suntikan itu pekerjaan yang sangat rumit, sangat kompleks. Belum membawa vaksin ke tempat-tempat yang sangat sulit di atas gunung, ke pulau-pulau kecil, dengan membawa perahu, dengan naik sepeda motor, membawa boks pendingin vaksin," kata Presiden lagi.

Presiden Jokowi menyebut saat ini vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 73,9 persen, dan dosis kedua mencapai 51,8 persen dengan target seluruh masyarakat mendapat dosis kedua adalah sebesar 70 persen.

"Hari ini (vaksin) sudah disuntikkan ke anak-anak usia 6-11 tahun, sudah 1 juta dosis, kecepatannya bagus sekali. Alhamdulillah, tapi kita harus tetap hati-hati, masih harus waspada karena sekarang muncul varian baru yang namanya Omicron," ujar Presiden.

Presiden menyebut sudah ada 83 ribu kasus Omicron di dunia, termasuk Indonesia.

"Sehingga sekali lagi saya sangat mengapresiasi protokol kesehatan didampingi satgas dalam muktamar ini, dan insya Allah kita semuanya kembali ke daerah masing-masing dalam keadaan sehat," kata Presiden Jokowi lagi.

Baca juga: Satgas NU Peduli COVID-19 jadikan pemberantasan hoaks program prioritas

Pewarta: Desca Lidya Natalia

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021