Emas tergelincir pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) berbalik dari kenaikan dua sesi sebelumnya karena dolar menguat dan data menunjukkan penurunan besar dalam klaim pengangguran AS menjelang laporan inflasi yang dapat mempengaruhi strategi moneter Federal Reserve.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, jatuh 8,8 dolar AS atau 0,49 persen, menjadi ditutup pada 1.776,70 dolar AS per ounce. Di pasar spot, emas turun 0,3 persen menjadi diperdagangkan di 1.776,56 dolar AS per ounce pada pukul 18.50 GMT.

Baca juga: Harga emas turun tipis tertekan penguatan dolar dan imbal hasil obligasi AS

Sehari sebelumnya, Rabu (8/12/2021), emas berjangka terdongkrak 0,8 dolar AS atau 0,04 persen menjadi 1,785,50 dolar AS, setelah naik 5,2 dolar AS atau 0,29 persen menjadi 1.784,70 dolar AS pada Selasa (7/12/2021), dan melemah 4,4 dolar AS atau 0,25 persen menjadi 1.779,50 dolar AS pada Senin (6/12/2021).

Emas berada di bawah tekanan ketika Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (9/12/2021) bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran mingguan AS turun 43.000 menjadi 184.000, level terendah 52 tahun.

"Angka klaim pengangguran yang lebih kuat dari perkiraan bersama dengan dolar yang lebih kuat menyeret emas lebih rendah, tetapi ada juga pedagang yang menunggu data IHK (Indeks Harga Konsumen)," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Dolar yang menguat, juga membuat emas kurang menarik bagi pembeli luar negeri.

Baca juga: Harga emas naik tipis karena dolar melemah, investor tunggu data inflasi AS

Pasar juga menunggu data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat dan data Indeks Harga Produsen yang akan dirilis pada Selasa (14/12/2021).

"Jika angka inflasi akan tinggi, maka emas akan segera bangkit kembali dan bergerak menuju 1.800 dolar AS," tambah Haberkorn.

Laporan Indeks Harga Konsumen AS pada Jumat waktu setempat akan diikuti oleh pertemuan kebijakan The Fed pada 14-15 Desember.

Emas telah diperdagangkan dalam kisaran 1.760-1.790 dolar AS yang relatif ketat sejak turun di bawah level kunci 1.800 dolar AS pada akhir November, karena investor berusaha untuk mengukur kemungkinan langkah Fed mengurangi stimulus dan menaikkan suku bunga.
Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

"Emas dapat melihat tawaran beli baru jika pasar menjadi takut sekali lagi tentang perkembangan terkait pandemi atau peningkatan ketegangan geopolitik antara ekonomi-ekonomi utama," kata Han Tan, kepala analis pasar di Exinity.

Terlepas dari ketidakpastian yang berkepanjangan atas varian virus corona Omicron, fokus juga pada ketegangan atas Rusia dan sikapnya terhadap Ukraina, boikot diplomatik Olimpiade Beijing oleh beberapa negara Barat dan sanksi AS terhadap Iran.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 41,9 sen atau 1,87 persen, menjadi ditutup pada 22,013 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 18,2 dolar AS atau 1,9 persen menjadi ditutup pada 937,7 dolar AS per ounce.

Baca juga: Harga emas naik tipis di sesi Asia karena imbal hasil obligasi AS berkurang

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021