Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan akhir pekan ini ditutup menguat, kembali ke atas level psikologis 6.000.
IHSG ditutup menguat 38,45 poin atau 0,64 persen ke posisi 6.030,77. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 4,3 poin atau 0,51 persen ke posisi 855,04.
"Mayoritas indeks saham di Asia sore ini, Jumat (20/8) ditutup turun, tertekan oleh kekhawatiran mengenai melambatnya laju pertumbuhan ekonomi di Asia di tengah penularan varian delta virus COVID-19 serta potensi Amerika Serikat mulai mengurangi atau menarik paket stimulus moneter," tulis Tim Riset Philip Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.
Investor ingin melihat respons kebijakan dari negara-negara di Asia, baik dalam bentuk percepatan pendistribusian vaksin maupun dukungan kebijakan untuk memitigasi risiko perlambatan pertumbuhan.
Sebagai contoh, bank sentral China (PBOC), sesuai dengan ekspektasi pasar mempertahankan suku bunga pinjaman bagi korporasi atau loan prime rate (LPR), dengan suku bunga LPR bertenor satu tahun ditahan di 3,85 persen sementara suku bunga LPR bertenor 5 tahun tetap di 4,65 persen.
Selain itu, investor juga bereaksi terhadap perubahan regulasi di China. Media massa setempat melaporkan bahwa parlemen China (National People's Congress) secara resmi telah mensahkan RUU untuk melindungi data pribadi pengguna internet yang diyakini akan menambah berat persyaratan kepatuhan yang harus dipatuhi oleh korporasi.
Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data inflasi Juli Jepang. Inflasi inti (core CPI) turun 0,2 persen (yoy) melambat dibandingkan bulan sebelumnya 0,5 persen (yoy) namun memperpanjang tren penurunan selama 12 bulan beruntun. Itu adalah sinyal bahwa lonjakan harga komoditas dunia mulai berhasil mengimbangi tekanan deflasi di Jepang.
Dari dalam negeri, neraca pembayaran kuartal II 2021 mengalami defisit 0,4 miliar dolar AS ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang tetap rendah dan surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut.
Transaksi berjalan tercatat defisit 2,2 miliar dolar AS atau 0,8 persen terhadap PDB, meningkat dibandingkan dengan defisit 1,1 miliar dolar AS atau 0,4 persen terhadap PDB pada kuartal II 2021, dipengaruhi oleh kenaikan ekspor seiring peningkatan permintaan negara mitra dagang utama dan harga komoditas dunia di tengah kenaikan impor sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik.
Dibuka melemah, selang satu jam IHSG menguat hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua IHSG betah berada di zona hijau hingga penutupan bursa saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, lima sektor terkoreksi dimana sektor perindustrian turun paling dalam yaitu minus 0,68 persen, diikuti sektor energi dan sektor barang konsumen primer masing-masing minus 0,21 persen dan minus 0,15 persen.
Sedangkan enam sektor meningkat dimana sektor infrastruktur naik paling tinggi yaitu 1,63 persen, diikuti sektor barang konsumen non primer dan sektor kesehatan masing-masing 1,21 persen dan 1,06 persen.
Penutupan IHSG diiringi aksi beli saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah beli bersih asing sebesar Rp156,47 miliar.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.517.108 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 27,34 miliar lembar saham senilai Rp13,56 triliun. Sebanyak 278 saham naik, 204 saham menurun, dan 167 tidak bergerak nilainya.
Sementara itu, bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei melemah 267,92 poin atau 0,98 persen ke 27.013,25, indeks Hang Seng turun 17,31 poin atau 0,56 persen ke 24.849,72, dan indeks Straits Times terkoreksi 42,23 poin atau 1,35 persen ke 3.104,28 21.
Baca juga: IHSG BEI diprediksi beragam di tengah penurunan harga komoditas
Baca juga: IHSG Jumat pagi dibuka melemah 3,56 poin
Baca juga: IHSG BEI ditutup terkoreksi menembus ke bawah level psikologis 6.000
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
IHSG ditutup menguat 38,45 poin atau 0,64 persen ke posisi 6.030,77. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 4,3 poin atau 0,51 persen ke posisi 855,04.
"Mayoritas indeks saham di Asia sore ini, Jumat (20/8) ditutup turun, tertekan oleh kekhawatiran mengenai melambatnya laju pertumbuhan ekonomi di Asia di tengah penularan varian delta virus COVID-19 serta potensi Amerika Serikat mulai mengurangi atau menarik paket stimulus moneter," tulis Tim Riset Philip Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.
Investor ingin melihat respons kebijakan dari negara-negara di Asia, baik dalam bentuk percepatan pendistribusian vaksin maupun dukungan kebijakan untuk memitigasi risiko perlambatan pertumbuhan.
Sebagai contoh, bank sentral China (PBOC), sesuai dengan ekspektasi pasar mempertahankan suku bunga pinjaman bagi korporasi atau loan prime rate (LPR), dengan suku bunga LPR bertenor satu tahun ditahan di 3,85 persen sementara suku bunga LPR bertenor 5 tahun tetap di 4,65 persen.
Selain itu, investor juga bereaksi terhadap perubahan regulasi di China. Media massa setempat melaporkan bahwa parlemen China (National People's Congress) secara resmi telah mensahkan RUU untuk melindungi data pribadi pengguna internet yang diyakini akan menambah berat persyaratan kepatuhan yang harus dipatuhi oleh korporasi.
Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data inflasi Juli Jepang. Inflasi inti (core CPI) turun 0,2 persen (yoy) melambat dibandingkan bulan sebelumnya 0,5 persen (yoy) namun memperpanjang tren penurunan selama 12 bulan beruntun. Itu adalah sinyal bahwa lonjakan harga komoditas dunia mulai berhasil mengimbangi tekanan deflasi di Jepang.
Dari dalam negeri, neraca pembayaran kuartal II 2021 mengalami defisit 0,4 miliar dolar AS ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang tetap rendah dan surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut.
Transaksi berjalan tercatat defisit 2,2 miliar dolar AS atau 0,8 persen terhadap PDB, meningkat dibandingkan dengan defisit 1,1 miliar dolar AS atau 0,4 persen terhadap PDB pada kuartal II 2021, dipengaruhi oleh kenaikan ekspor seiring peningkatan permintaan negara mitra dagang utama dan harga komoditas dunia di tengah kenaikan impor sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik.
Dibuka melemah, selang satu jam IHSG menguat hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua IHSG betah berada di zona hijau hingga penutupan bursa saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, lima sektor terkoreksi dimana sektor perindustrian turun paling dalam yaitu minus 0,68 persen, diikuti sektor energi dan sektor barang konsumen primer masing-masing minus 0,21 persen dan minus 0,15 persen.
Sedangkan enam sektor meningkat dimana sektor infrastruktur naik paling tinggi yaitu 1,63 persen, diikuti sektor barang konsumen non primer dan sektor kesehatan masing-masing 1,21 persen dan 1,06 persen.
Penutupan IHSG diiringi aksi beli saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah beli bersih asing sebesar Rp156,47 miliar.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.517.108 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 27,34 miliar lembar saham senilai Rp13,56 triliun. Sebanyak 278 saham naik, 204 saham menurun, dan 167 tidak bergerak nilainya.
Sementara itu, bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei melemah 267,92 poin atau 0,98 persen ke 27.013,25, indeks Hang Seng turun 17,31 poin atau 0,56 persen ke 24.849,72, dan indeks Straits Times terkoreksi 42,23 poin atau 1,35 persen ke 3.104,28 21.
Baca juga: IHSG BEI diprediksi beragam di tengah penurunan harga komoditas
Baca juga: IHSG Jumat pagi dibuka melemah 3,56 poin
Baca juga: IHSG BEI ditutup terkoreksi menembus ke bawah level psikologis 6.000
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021