Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membentuk tim keamanan siber untuk mencegah dan menanggulangi serangan digital.

LIPI-Computer Security Incident Response Team (LIPI-CSIRT) yang dibentuk bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) di antaranya akan memberikan layanan respons insiden keamanan siber.

"Kerja sama antara LIPI dengan BSSN ini dalam rangka penanggulangan dan pemulihan insiden keamanan siber pada sektor pemerintah serta membangun kapasitas sumber daya penanggulangan dan pemulihan insiden keamanan siber di LIPI," kata Pelaksana Harian Kepala LIPI Agus Haryono pada peluncuran CSIRT-LIPI di Jakarta, Senin.

LIPI-CSIRT, ia mengatakan, juga dapat memberikan layanan reaktif dan proaktif seperti pemberian peringatan dini, respons dan pemulihan, serta penjagaan kerentanan sistem.

"Tim juga harus mampu memberikan layanan reaktif bila terjadi insiden baik sebagai artefak maupun forensik, serta layanan security assessment (penilaian keamanan)," kata Agus.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah LIPI Hendro Subagyo menjelaskan bahwa LIPI-CSIRT dibentuk untuk melakukan pencegahan insiden dengan cara terlibat aktif dalam penilaian dan deteksi ancaman, perencanaan mitigasi, dan peninjauan arsitektur keamanan informasi BSSN.

"CSIRT memiliki otoritas untuk menangani berbagai insiden keamanan siber yang terjadi atau mengancam sistem informasi BSSN berupa web defacement, DDOS, malware, dan phising. Dukungan yang diberikan oleh BSSN dapat bervariasi tergantung dari jenis, dampak insiden, dan layanan yang digunakan,” katanya.

Hendro mengungkapkan bahwa LIPI pernah mendapat serangan defacement pada 2020 dan serangan ransomware pada server printer sentral pada 2021. Keberadaan LIPI-CSIRT sangat penting untuk mengatasi serangan-serangan semacam itu.

Agus mengatakan bahwa data dan informasi merupakan sumber daya yang penting bagi suatu instansi pada era digital. Serangan siber bisa mengganggu keamanan dan aksesibilitas data dan informasi tersebut.

Keamanan siber, menurut dia, merupakan upaya dalam menjaga kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan informasi dari serangan digital.

Baca juga: Sistem aplikasi perlu "update" berkala cegah kebocoran data

Baca juga: Waspada serangan siber meluas ke industri otomatisasi

Baca juga: Panglima TNI sebut perang siber menjadi pertempuran baru

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021