Sprinter muda Lalu Muhammad Zohri menjadi atlet Indonesia pertama yang sukses memastikan diri tampil di Olimpiade 2020 Tokyo, 23 Juli- 8 Agustus mendatang.
Kepastian tersebut didapat berdasarkan hasil yang diukir Zohri dalam Kejuaraan Seiko Golden Grand Prix 2019 di Nagai Stadium, Osaka, Jepang, 19 Mei 2019.
Dalam kejuaraan yang masuk dalam rangkaian kualifikasi Olimpiade Tokyo itu, Zohri mampu membuktikan diri bersaing dengan pelari-pelari elite dunia, termasuk juara dunia sekaligus peraih medali emas nomor 100 meter Olimpiade 2004 Athena asal Amerika Serikat, Justin Gatlin.
Meski menjadi pelari termuda pada usianya yang saat itu masih 18 tahun, Zohri nyatanya mampu finis di urutan ketiga setelah mencatatkan waktu 10,03 detik, hanya terpaut 0,03 detik dari Justin Gatlin yang merebut podium utama.
Sementara itu, urutan kedua ditempati oleh pelari asal Jepang, Yoshidide Kiryu, dengan catatan waktu 10,01 detik.
Dengan catatan 10,03 detik itu, pelari asal Lombok, Nusa Tenggara Barat itu pun dinyatakan lolos Olimpiade karena berhasil menembus limit kualifikasi nomor lari 100 meter putra Olimpiade Tokyo yang ditetapkan, yakni 10,05 detik.
Selain menembus limit kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo, catatan yang diukir Zohri di Jepang itu sekaligus mempertajam rekor nasional nomor lari 100 meter putra atas nama dirinya sendiri (10,13 detik) yang dibukukan dalam Kejuaraan Atletik Asia 2019 di Doha, Qatar, 22 April 2019.
Sebelum tampil di Osaka, pria kelahiran 1 Juli 2000 sebetulnya sudah dua kali mengukir rekor nasional nomor lari 100 meter putra pada Kejuaraan Asia 2019 di Doha, Qatar, 22 April 2019.
Rekor pertama dipecahkan Zohri pada babak semifinal ketika dia mencatatkan waktu 10,15 detik. Hasil itu mempertajam catatan waktu yang sudah 10 tahun dipegang Suryo Agung Wibowo (10,17 detik) pada SEA Games 2007 Laos.
Dia kemudian kembali mempertajam rekor nasional 100 meter itu pada babak final dengan waktu 10,13 detik.
Zohri, yang baru tergabung ke pelatnas pada akhir 2017, seakan mengangkat kembali derajat prestasi atletik Indonesia di ajang internasional, termasuk Olimpiade. Ia membuktikan bahwa atlet Indonesia mampu kompetitif pada nomor lari jarak pendek yang selalu didominasi oleh pelari AS dan Jamaika.
Pasalnya, belum ada lagi pelari Indonesia yang mampu menembus syarat kualifikasi Olimpiade—bukan karena jalur wildcard—sejak Mardi Lestari yang lolos semifinal nomor lari 100 meter pada Olimpiade 1988 Seoul.
Namun jauh sebelum itu, Zohri sebetulnya sudah mencuri perhatian sejak tampil dalam Kejuaraan Dunia Atletik U-20 2018 di Tampere, Finlandia, 11 Juli 2018.
Dia mengukir sejarah menjadi sprinter pertama Indonesia yang meraih medali emas pada nomor lari 100 meter, yang merupakan nomor paling bergengsi di cabang atletik.
Bersaing dengan tujuh sprinter junior terbaik dunia, Zohri finis terdepan dengan catatan waktu 10,18 detik, mengalahkan pelari AS Anthony Schwartz dan Eric Harrison yang sama-sama mencatatkan waktu 10,22 detik.
Rentetan prestasi yang diukir Zohri tersebut bisa dibilang cukup fenomenal apalagi kini dia juga dinobatkan sebagai pelari tercepat Asia Tenggara yang memiliki catatan waktu terbaik 10,03 detik.
Sayangnya, Zohri gagal meningkatkan ataupun hanya mempertahankan catatan apik tersebut saat bertanding dalam Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2019 di Khalifa International Stadium Doha, Qatar, 27 September 2019.
Dia hanya mampu menempati urutan keenam nomor 100 meter putra dengan catatan waktu 10,36 detik, dan gagal memenuhi ambisinya untuk mempertajam rekor personalnya hingga menembus 9 detik. Hasil itu pun membuat Zohri tak bisa melaju ke babak berikutnya dan harus pulang ke Tanah Air lebih awal.
Hasil itu cukup dapat dipahami mengingat minimnya pengalaman Zohri bertanding di ajang Kejuaraan Dunia yang diikuti pelari-pelari elite, seperti jagoan AS Christian Coleman dan Justin Gatlin, serta sprinter Jepang keturunan Ghana, Abdul Hakim Sani Brown.
Selain kurangnya jam terbang, Zohri juga mengakui bahwa ia kerap kehilangan konsentrasi saat sedang berlomba di lintasan, bahkan sering menoleh ke arah pelari yang menjadi pesaingnya.
“Saya memang sering sulit konsentrasi kalau sedang bertanding, bahkan mudah terganggu dengan suara-suara. Tapi saya mencoba untuk melatih diri agar bisa fokus,” kata Zohri.
Rasa percaya diri, mental dan kemampuan menjaga fokus menjadi salah satu pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan Zohri sebelum berlaga di Olimpiade Tokyo nanti.
Namun tantangan Zohri tak berhenti sampai di situ. Tantangan yang lebih nyata justru muncul sejak pandemi COVID-19 melanda berbagai negara di dunia, yang membuat pelari berusia 20 tahun itu harus kehilangan kesempatan tampil di ajang internasional lainnya sebagai pemanasan jelang ke Tokyo.
Tanpa turnamen internasional yang diikuti sepanjang tahun 2020, Zohri langsung diuji pada uji coba Olimpiade Tokyo di Olympic Stadium pada Mei lalu.
Sayangnya, Zohri belum mampu memberikan hasil maksimal dan hanya menempati peringkat ketujuh dengan catatan waktu 10,45 detik dalam putaran final lari nomor 100 meter putra. Sementara peringkat pertama diduduki pelari Amerika Serikat Justin Gatlin dengan waktu 10,24 detik.
Biodata singkat
Nama Lengkap: Lalu Muhammad Zohri
Tempat, tanggal lahir: Lombok, NTB, 1 Juli 2000
Daftar prestasi:
2018 Medali emas Asian Junior Championships lari 100 meter putra di Gifu, Jepang (catatan waktu 10,27 detik)
2018 Medali emas World U20 Championship lari 100 meter putra di Tampere, Finlandia (10,18 detik)
2018 Medali perak Asian Games 2018 Jakarta-Palembang nomor estafet putra 4x100 meter (38,77 detik)
2019 Medali perak Asian Championships lari 100 meter putra di Doha, Qatar (10,13 detik)
Baca juga: Batal ke China, pelari cepat Zohri fokus latihan internal
Baca juga: Zohri pertajam rekornya sendiri pada final 200 meter
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021