Sumber, 13/10 (ANTARA) - Petani tambak bandeng di Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, tidak terlalu mencemaskan luapan rob dari laut yang rutin menggenangi ratusan hektare tambak bandeng di kawasan tersebut, melainkan luapan Sungai Cisanggarung saat musim hujan atau curah hujan tinggi.

Mudori (49) pemilik tambak bandeng di Desa Tawangsari, Kecamatan Losari, Cirebon, Rabu, mengatakan rob yang menggenangi tambak bandeng miliknya dan tiga desa sekitar beberapa waktu lalu hingga menghanyutkan hampir seluruh isi tambak adalah yang rutin terjadi setiap tahun dan menjadi hal yang biasa.

"Tapi kalau Sungai Cisanggarung meluap maka tidak hanya bandeng yang hanyut, namun juga akan membanjiri lahan pertanian dan perumahan warga. Bahkan pascabanjir warga akan direpotkan dengan penyakit yang muncul kemudian seperti gatal-gatal," kata Mudori yang juga Ketua RT setempat.

Dalam satu tahun ini, kata Mudori, desanya sempat dilanda banjir hingga empat kali dan tiga diantaranya akibat luapan Sungai Cisanggarung yang merupakan aliran sungai yang berhulu di Kabupaten Kuningan. Meskipun demikian, Sungai Cisanggarung hingga sekarang belum belum pernah mengalami perbaikan atau pun pengerukan lumpur.

"Saat di hulu sungai terjadi hujan deras, warga di desa kami mulai cemas karena takut terjadi banjir akibat luapan Cisanggarung sekalipun di sini tidak ada hujan," katanya.

Menurut Mudori, para petani tambak menganggap banjir rob adalah hal yang rutin terjadi setiap tahun dan sudah bisa diprediksi kedatangannya sehingga menjadi hal biasa sekalipun dampaknya bisa menghabiskan seluruh isi tambaknya.

Seperti yang terjadi pada tanggal 3 Oktober lalu, kata Mudori, kerugian akibat banjir rob adalah yang terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya yaitu hingga menghabiskan 90 persen tambak di empat desa yaitu Tawangsari, Kalirahayu, Ambulu dan Kalisari.

"Sekalipun sudah bisa diprediksi kapan terjadi, namun para petani tetap menanami tambaknya dengan bandeng dan selalu berprinsip untung-untungan. Kalau terjadi rob hingga menghabiskan seluruh isi tambak, para petani di sini menganggapnya sudah biasa dan risiko yang siap ditanggung sendiri, dan sebaliknya kalau tida ada rob maka untung besar," katanya.

Dari satu hektare tambak bandeng katanya biasanya ditanam 5.000 ekor bibit bandeng dengan ditotal biaya produksinya mencapai 2,7 juta. Jika tidak terjadi rob, maka bandeng tersebut akan dipanen empat bulan kemudian dengan hasil mencapai enam hingga tujuh kuintal seharga Rp900 ribu per kuintal.

"Jika terjadi rob, petani masih bisa mendapat penghasilan dari menjual udang alam dan kerang darah yang tersisa," katanya.

Namun kerugian akan lebih parah jika Sungai Cisanggarung meluap yang berakibat tidak hanya merendam tambak namun juga lahan pertanian bawang dan pemukiman warga serta dampak penyakit yang ditimbulkan akibat banjir.

Oleh karena itu, Mudori berharap ada perhatian dari pemerintah dan instansi terkait agar segera melakukan perbaikan terhadap sungai tersebut.***3***
(T.PSO-059/B/Y008/Y008) 13-10-2010 19:09:31

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010