Presiden RI Joko Widodo optimistis target pertumbuhan ekonomi tahun 2021 sebesar 4,5-5,5 persen tercapai, lantaran sejumlah parameter pemulihan ekonomi menunjukkan hasil menggembirakan.
Hal itu disampaikan Presiden saat memberikan arahan secara virtual kepada seluruh kepala daerah se-Indonesia pada Rabu (28/4), sebagaimana video yang diunggah melalui Youtube Sekretariat Presiden, di Jakarta Kamis.
"Kenapa kita optimistis? Karena sudah kelihatan sekarang pabrik, industri, atau manufaktur sudah bergerak. Itu tercermin di dalam yang namanya purchasing manager index yang sebelum pandemi itu berada di angka 51 sekarang justru berada di atas kenormalan sebelum pandemi, yaitu di angka 53,2," kata Presiden.
Kondisi serupa diperoleh dari tingkat konsumsi listrik baik industri, rumah tangga, maupun pemerintahan, juga kenaikan terhadap impor barang modal yang diperlukan untuk menggerakkan sektor industri hingga sebesar 33,7 persen setelah sebelumnya mencatat nilai negatif.
Demikian pula dengan kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen dari sebelumnya 84,9 yang kini telah berada di angka 93 serta Indeks Penjualan Ritel yang juga meningkat di bulan Maret ini.
"Artinya ada demand di situ, ada permintaan di situ, ada belanja di situ, ada konsumsi. Kelihatan di Indeks Penjualan Ritel," tuturnya.
Oleh sebab itu, untuk menjaga momentum positif tersebut, Presiden Joko Widodo mengingatkan kepala daerah untuk menyegerakan belanja APBD, khususnya belanja modal.
Kepala Negara mencermati bahwa per akhir Maret lalu, belanja modal baru terealisasi sebesar 5,3 persen. Padahal, menurutnya, perputaran uang yang dihasilkan melalui belanja modal tersebut akan sangat menentukan pertumbuhan ekonomi.
"Jadi transfer dari pusat ke daerah itu tidak dibelanjakan, tapi ditaruh di bank. Ini yang menyebabkan nanti mengerem laju pertumbuhan ekonomi. Akhir Maret saya lihat di perbankan daerah ada Rp182 triliun. Tidak segera dibelanjakan," kata Presiden.
Selain itu, bantuan sosial untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak pandemi menurutnya, juga harus segera disalurkan. Konsumsi masyarakat melalui sejumlah bantuan tersebut, kata Presiden, selain dapat membantu masyarakat, nantinya juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.
"Yang saya lihat per April kemarin yang sudah tersalurkan baru 32 persen. Masih kecil sekali, baru Rp1,5 triliun. Angka-angka seperti ini selalu saya ikuti, sehingga saya ingatkan kembali karena itu penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional," ujar Presiden.
Baca juga: Alasan BI turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI jadi 5,1 persen
Baca juga: Erick Thohir yakin ekonomi Indonesia tumbuh konsisten 5 hingga 7 persen
Baca juga: BNI dukung sinergi Pemerintah untuk percepat pemulihan ekonomi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Hal itu disampaikan Presiden saat memberikan arahan secara virtual kepada seluruh kepala daerah se-Indonesia pada Rabu (28/4), sebagaimana video yang diunggah melalui Youtube Sekretariat Presiden, di Jakarta Kamis.
"Kenapa kita optimistis? Karena sudah kelihatan sekarang pabrik, industri, atau manufaktur sudah bergerak. Itu tercermin di dalam yang namanya purchasing manager index yang sebelum pandemi itu berada di angka 51 sekarang justru berada di atas kenormalan sebelum pandemi, yaitu di angka 53,2," kata Presiden.
Kondisi serupa diperoleh dari tingkat konsumsi listrik baik industri, rumah tangga, maupun pemerintahan, juga kenaikan terhadap impor barang modal yang diperlukan untuk menggerakkan sektor industri hingga sebesar 33,7 persen setelah sebelumnya mencatat nilai negatif.
Demikian pula dengan kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen dari sebelumnya 84,9 yang kini telah berada di angka 93 serta Indeks Penjualan Ritel yang juga meningkat di bulan Maret ini.
"Artinya ada demand di situ, ada permintaan di situ, ada belanja di situ, ada konsumsi. Kelihatan di Indeks Penjualan Ritel," tuturnya.
Oleh sebab itu, untuk menjaga momentum positif tersebut, Presiden Joko Widodo mengingatkan kepala daerah untuk menyegerakan belanja APBD, khususnya belanja modal.
Kepala Negara mencermati bahwa per akhir Maret lalu, belanja modal baru terealisasi sebesar 5,3 persen. Padahal, menurutnya, perputaran uang yang dihasilkan melalui belanja modal tersebut akan sangat menentukan pertumbuhan ekonomi.
"Jadi transfer dari pusat ke daerah itu tidak dibelanjakan, tapi ditaruh di bank. Ini yang menyebabkan nanti mengerem laju pertumbuhan ekonomi. Akhir Maret saya lihat di perbankan daerah ada Rp182 triliun. Tidak segera dibelanjakan," kata Presiden.
Selain itu, bantuan sosial untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak pandemi menurutnya, juga harus segera disalurkan. Konsumsi masyarakat melalui sejumlah bantuan tersebut, kata Presiden, selain dapat membantu masyarakat, nantinya juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.
"Yang saya lihat per April kemarin yang sudah tersalurkan baru 32 persen. Masih kecil sekali, baru Rp1,5 triliun. Angka-angka seperti ini selalu saya ikuti, sehingga saya ingatkan kembali karena itu penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional," ujar Presiden.
Baca juga: Alasan BI turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI jadi 5,1 persen
Baca juga: Erick Thohir yakin ekonomi Indonesia tumbuh konsisten 5 hingga 7 persen
Baca juga: BNI dukung sinergi Pemerintah untuk percepat pemulihan ekonomi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021