Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 46 poin masih dipicu kekhawatiran kenaikan kasus COVID-19.

Rupiah melemah 0,33 persen menjadi Rp14.065 per dolar AS dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.019 per dolar AS.

Aset berisiko mungkin akan mendapatkan sentimen negatif hari ini dari potensi waktu peluncuran stimulus fiskal AS yang memakan waktu lebih lama dari perkiraan serta kekhawatiran kenaikan kasus COVID-19 di dunia.

"Sentimen negatif mengenai jumlah kasus COVID-19, baik di dalam negeri maupun dunia masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar uang sehingga menekan mata uang berisiko seperti rupiah," ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.

Ia menyampaikan bahwa data per Senin (25/1), kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia secara keseluruhan mencapai 999.256 orang dengan perincian 809.488 sembuh, 161.636 dalam perawatan dan 28.132 meninggal dunia.

Ia menambahkan sentimen dari Amerika Serikat mengenai stimulus fiskal turut menjadi faktor yang menekan sejumlah mata uang di negara berkembang.

"Tadi malam pemimpin mayoritas senat AS dari partai Demokrat, Chuck Schumer mengungkapkan bahwa perilisan stilmulus fiskal AS mungkin memerlukan waktu yang lebih lama sekitar 1,5 bulan karena pemerintah menginginkan kesepakatan bersama antara dua partai. Ini memberikan sentimen negatif ke pasar," ucapnya.

Menurut dia, minimnya sentimen positif baik dari dalam dan luar negeri akan menahan laju rupiah ke area positif.

"Nilai tukar rupiah diprediksi akan bergerak di kisaran Rp14.000-Rp14.100 per dolar AS pada Selasa ini," katanya.

Baca juga: Kurs rupiah menguat seiring meningkatnya minat ke aset berisiko

Pewarta: Zubi Mahrofi

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021