Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore ditutup menguat, yang mendekati level psikologis Rp14.000 per dolar AS.
Rupiah ditutup menguat 39 poin atau 0,28 persen ke posisi Rp14.020 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.059 per dolar AS.
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono di Jakarta, Jumat, mengatakan, sejak awal tahun ini nilai tukar rupiah dan pasar saham domestik cukup baik seiring dengan pelemahan dolar AS.
"Tapi, awal tahun ini pesta tahun barunya juga sudah usai, jadi keseriusan dan ancaman-ancaman yang akan dihadapi di 2021 ini akan mulai dicemaskan oleh market," ujar Wahyu.
Menurut dia, pasar saham secara global valuasinya belum tentu akan sebaik pasar saham domestik karena pertumbuhan ekonomi global masih menjadi tanda tanya.
"Itulah kenapa belakangan ini AS sedang sangat cemas ketika di saat Joe Biden berikan wacana stimulus 1,9 triliun dolar, 2 triliun dolar atau bisa 3 triliun dolar. Secara total orang malah cenderung 'gimana ini inflasinya?'. Karena secara efek yang sangat logis adalah inflasi. Indikasinya yield obligasi AS naik. Jadi kalau yield-nya naik gimana? Orang akan takut masuk bursa saham," katanya.
Wahyu menuturkan, akan muncul sebuah orientasi pasar yang baru. Pada pemerintahan Joe Biden akan kelihatan pada 19 Januari 2020 dengan mantan Gubernur The Fed Janet Yellen justru akan ditempatkan di posisi menteri keuangan yang cenderung pro dolar AS alias pro menjaga inflasi.
"Justru kelihatan jelas di situ dibanding The Fed yang pro stock market atau membiarkan inflasi. Janet Yellen di sidang konfirmasi hearing-nya itu akan kelihatan tanggal 19 sebelum tanggal 20-nya pelantikan," ujar Wahyu.
Kendati demikian, lanjutnya, apapun yang terjadi di global nanti, dampaknya tidak akan sebesar yang terjadi di AS itu sendiri.
"Stock market bagus kita diuntungkan, stock market jelek ada inflasi naik tapi pengangguran di AS masih banyak, kita juga masih ada harapan. Justru dari Eropa atau Amerika larinya ke emerging market termasuk Indonesia," kata Wahyu.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.040 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.020 per dolar AS hingga Rp14.050 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.068 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp14.119 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah menguat jelang rilis data neraca perdagangan Desember
Baca juga: Kurs rupiah Jumat pagi menguat 19 poin
Baca juga: Kurs rupiah ditutup menguat tipis ditopang sentimen vaksin
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Rupiah ditutup menguat 39 poin atau 0,28 persen ke posisi Rp14.020 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.059 per dolar AS.
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono di Jakarta, Jumat, mengatakan, sejak awal tahun ini nilai tukar rupiah dan pasar saham domestik cukup baik seiring dengan pelemahan dolar AS.
"Tapi, awal tahun ini pesta tahun barunya juga sudah usai, jadi keseriusan dan ancaman-ancaman yang akan dihadapi di 2021 ini akan mulai dicemaskan oleh market," ujar Wahyu.
Menurut dia, pasar saham secara global valuasinya belum tentu akan sebaik pasar saham domestik karena pertumbuhan ekonomi global masih menjadi tanda tanya.
"Itulah kenapa belakangan ini AS sedang sangat cemas ketika di saat Joe Biden berikan wacana stimulus 1,9 triliun dolar, 2 triliun dolar atau bisa 3 triliun dolar. Secara total orang malah cenderung 'gimana ini inflasinya?'. Karena secara efek yang sangat logis adalah inflasi. Indikasinya yield obligasi AS naik. Jadi kalau yield-nya naik gimana? Orang akan takut masuk bursa saham," katanya.
Wahyu menuturkan, akan muncul sebuah orientasi pasar yang baru. Pada pemerintahan Joe Biden akan kelihatan pada 19 Januari 2020 dengan mantan Gubernur The Fed Janet Yellen justru akan ditempatkan di posisi menteri keuangan yang cenderung pro dolar AS alias pro menjaga inflasi.
"Justru kelihatan jelas di situ dibanding The Fed yang pro stock market atau membiarkan inflasi. Janet Yellen di sidang konfirmasi hearing-nya itu akan kelihatan tanggal 19 sebelum tanggal 20-nya pelantikan," ujar Wahyu.
Kendati demikian, lanjutnya, apapun yang terjadi di global nanti, dampaknya tidak akan sebesar yang terjadi di AS itu sendiri.
"Stock market bagus kita diuntungkan, stock market jelek ada inflasi naik tapi pengangguran di AS masih banyak, kita juga masih ada harapan. Justru dari Eropa atau Amerika larinya ke emerging market termasuk Indonesia," kata Wahyu.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.040 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.020 per dolar AS hingga Rp14.050 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.068 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp14.119 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah menguat jelang rilis data neraca perdagangan Desember
Baca juga: Kurs rupiah Jumat pagi menguat 19 poin
Baca juga: Kurs rupiah ditutup menguat tipis ditopang sentimen vaksin
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021