Harga minyak mencapai level tertinggi 11-bulan sedikit di bawah 57 dolar AS per barel pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), didukung oleh rencana Arab Saudi untuk membatasi pasokan, mengimbangi kekhawatiran bahwa meningkatnya kasus Virus Corona secara global akan membatasi permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik 92 sen atau 1,7 persen, menjadi ditutup pada 56,58 dolar AS per barel setelah menyentuh level tertinggi sejak Februari lalu di 56,75 dolar AS. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 96 sen atau 1,8 persen, menjadi menetap di 53,21 dolar AS per barel.
Arab Saudi berencana untuk memangkas produksi dengan tambahan satu juta barel per hari (bph) pada Februari dan Maret untuk menjaga persediaan tetap terkendali.
Pemotongan pasokan Saudi adalah bagian dari kesepakatan yang dipimpin OPEC di mana sebagian besar produsen akan mempertahankan produksi stabil pada Februari. Pemangkasan rekor tahun lalu dari OPEC dan sekutunya membantu minyak pulih dari posisi terendah bersejarah yang dicapai pada April.
Tetapi kepatuhan OPEC+ dengan pembatasan produksi minyak yang dijanjikan turun menjadi 75 persen pada Desember, di antara level terendah sejak perjanjian pasokan dimulai pada Mei 2020, pelacak tanker Petro-Logistics mengatakan pada Selasa (12/1/2021), yang dapat membebani harga minyak.
Produksi minyak mentah AS juga diperkirakan turun 190.000 barel per hari (bph) pada 2021 menjadi 11,1 juta barel per hari, menurut laporan Badan Informasi Energi (EIA) yang dirilis pada Selasa (12/1/2021), penurunan yang lebih kecil dari perkiraan sebelumnya untuk penurunan 240.000 barel per hari.
“Penyimpanan di Cushing hanya 10,2 juta barel di bawah rekor tertinggi sepanjang masa, jadi tidak ada masalah dengan pasokan di sini di AS, tetapi kompleks tersebut menanggapi secara positif obrolan tentang kekurangan pasokan ini,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger.
Minyak juga naik karena ekspektasi penurunan stok minyak mentah AS. Analis memperkirakan persediaan minyak mentah turun 2,7 juta barel untuk penurunan minggu kelima berturut-turut.
Yang pertama dari dua laporan pasokan minggu ini, dari American Petroleum Institute, akan dirilis pukul 16.30 waktu setempat (21.30 GMT).
Pasar juga didukung oleh prospek peningkatan stimulus ekonomi di Amerika Serikat. Presiden terpilih Joe Biden, yang akan menjabat pada 20 Januari, telah menjanjikan “triliunan” untuk pengeluaran bantuan pandemi ekstra.
Namun, kenaikan harga minyak dibatasi oleh kekhawatiran permintaan karena kasus Virus Corona meningkat di seluruh dunia.
Otoritas China memberlakukan pembatasan baru di daerah-daerah sekitar Beijing pada Selasa (12/1/2021) dan Jepang akan memperluas keadaan darurat di luar Tokyo.
Baca juga: Harga minyak beragam, Brent jatuh karena penguncian baru, dolar lebih kuat
Baca juga: Minyak jatuh saat kasus Covid-19 di China meningkat
Baca juga: Harga minyak sentuh tertinggi 11 bulan setelah Saudi janji pangkas produksi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik 92 sen atau 1,7 persen, menjadi ditutup pada 56,58 dolar AS per barel setelah menyentuh level tertinggi sejak Februari lalu di 56,75 dolar AS. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 96 sen atau 1,8 persen, menjadi menetap di 53,21 dolar AS per barel.
Arab Saudi berencana untuk memangkas produksi dengan tambahan satu juta barel per hari (bph) pada Februari dan Maret untuk menjaga persediaan tetap terkendali.
Pemotongan pasokan Saudi adalah bagian dari kesepakatan yang dipimpin OPEC di mana sebagian besar produsen akan mempertahankan produksi stabil pada Februari. Pemangkasan rekor tahun lalu dari OPEC dan sekutunya membantu minyak pulih dari posisi terendah bersejarah yang dicapai pada April.
Tetapi kepatuhan OPEC+ dengan pembatasan produksi minyak yang dijanjikan turun menjadi 75 persen pada Desember, di antara level terendah sejak perjanjian pasokan dimulai pada Mei 2020, pelacak tanker Petro-Logistics mengatakan pada Selasa (12/1/2021), yang dapat membebani harga minyak.
Produksi minyak mentah AS juga diperkirakan turun 190.000 barel per hari (bph) pada 2021 menjadi 11,1 juta barel per hari, menurut laporan Badan Informasi Energi (EIA) yang dirilis pada Selasa (12/1/2021), penurunan yang lebih kecil dari perkiraan sebelumnya untuk penurunan 240.000 barel per hari.
“Penyimpanan di Cushing hanya 10,2 juta barel di bawah rekor tertinggi sepanjang masa, jadi tidak ada masalah dengan pasokan di sini di AS, tetapi kompleks tersebut menanggapi secara positif obrolan tentang kekurangan pasokan ini,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger.
Minyak juga naik karena ekspektasi penurunan stok minyak mentah AS. Analis memperkirakan persediaan minyak mentah turun 2,7 juta barel untuk penurunan minggu kelima berturut-turut.
Yang pertama dari dua laporan pasokan minggu ini, dari American Petroleum Institute, akan dirilis pukul 16.30 waktu setempat (21.30 GMT).
Pasar juga didukung oleh prospek peningkatan stimulus ekonomi di Amerika Serikat. Presiden terpilih Joe Biden, yang akan menjabat pada 20 Januari, telah menjanjikan “triliunan” untuk pengeluaran bantuan pandemi ekstra.
Namun, kenaikan harga minyak dibatasi oleh kekhawatiran permintaan karena kasus Virus Corona meningkat di seluruh dunia.
Otoritas China memberlakukan pembatasan baru di daerah-daerah sekitar Beijing pada Selasa (12/1/2021) dan Jepang akan memperluas keadaan darurat di luar Tokyo.
Baca juga: Harga minyak beragam, Brent jatuh karena penguncian baru, dolar lebih kuat
Baca juga: Minyak jatuh saat kasus Covid-19 di China meningkat
Baca juga: Harga minyak sentuh tertinggi 11 bulan setelah Saudi janji pangkas produksi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021