Bandung, 16/2 (ANTARA) - Produsen vaksin nasional PT Bio Farma (Persero) membutuhkan anggaran investasi sebesar Rp100 miliar untuk meningkatkan kapasitas produksi guna memenuhi perminaan pasar vaksin dunia.
"Sebagian pesanan dari Afrika dan beberapa negara Asia terpaksa tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan kapasitas produksi vaksin. Untuk meningkatkan kapasitas produksi butuh sekitar Rp100 miliar," kata Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero), Rachman Rustan di Bandung, Selasa.
Ia menyebutkan, saat ini produksi vaksin dari perusahaan milik negara itu mencapai 1,1 miliar dosis vaksin setiap tahunnya untuk semua tujuh jenis vaksin.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia, perusahaan vaksin yang berkantor pusat di Kota Bandung itu sedikitnya harus memproduksi sekitar 1,4 miliar dosis vaksin.
"Pesanan dari beberapa negara Afrika seperti Mali, Aljazair dan beberapa negara di Asia terpaksa tidak bisa kita penuhi, padahal permintaanya cukup besar, khususnya di kawasan Afrika," kata Rustan.
Permintaan vaksin terbesar dari negara Afrika adalah vaksin DTP, polio dan vaksin campak.
Kebutuhan anggaran investasi sebesar Rp100 miliar itu di luar anggaran investasi untuk pembangunan pabrik vaksin H1N1 dan H5N1 yang saat ini sudah mulai digulirkan pembangunanya.
Peningkatan kapasitas produksi itu, menurut Rachman Rustan merupakan sebuah keharusan bagi pengembangan pasar dan usaha perusahaan vaksin nasional itu.
Bio Farma sebagai salah satu perusahaan vaksin dunia yang sudah mendapat lisensi dari WHO memiliki posisi tawar yang cukup besar.
"Fokus dalam beberapa tahun ke depan melakukan investasi baik dalam pengembangan kapasitas produksi maupun memproduksi vaksin baru, salah satunya untuk vaksin seasonal dan H1N1," katanya.
Ia menyebutkan, produksi vaksin PT Bio Farma difokuskan untuk memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri yang merupakan pesanan dari pemerintah.
Sebesar 40 persen produksi vaksin dipasok untuk kebutuhan dalam negeri, sedangkan 60 persen lainnya di ekspor ke luar negeri baik langsung maupun melalui WHO.
"Ekspor dilakukan dalam bentuk vaksin jadi maupun curah. India, Malaysia dan AS merupakan salah satu pasar potensial," katanya.
Fokus perusahaan dalam melakukan investasis sektor kapasitas produksi dan penelitian, membuat BUMN farmasi nasional itu tidak jor-joran memasang target pendapatan pada 2010.
"Pendapatan tahun 2009 lalu mencapai Rp1,1 triliun dengan keuntungan sekitar Rp200 miliar. Sedangkan target 2010 ini sekitar Rp1,2 triliun. Kita tidak menggenjot target karena lebih fokus pada investasi produksi dan penelitian untuk membuat vaksin baru," katanya.
Sementara itu PT Bio Farma pada 2009 lalu telah mampu memproduksi vaksin "seasonal flu" sebagai produk terbaru dari perusahaan negara itu.
Sedangkan pada semester ketiga 2010 ini ditargetkan Bio Farma sudah bisa memproduksi vaksin H1N1.
"Proses pembangunan fasilitas produksinya sudah dilakukan, salah satunya membangun produksi telur untuk media pembuatan vaksin. Tahun ini ditargetkan vaksin H1N1 sudah bisa diproduksi," kata Kepala Humas PT Bio Farma Tedi Herawan menambahkan.
B/Z003
(U.S033/B/Z003/Z003) 16-02-2010 17:57:55
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
"Sebagian pesanan dari Afrika dan beberapa negara Asia terpaksa tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan kapasitas produksi vaksin. Untuk meningkatkan kapasitas produksi butuh sekitar Rp100 miliar," kata Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero), Rachman Rustan di Bandung, Selasa.
Ia menyebutkan, saat ini produksi vaksin dari perusahaan milik negara itu mencapai 1,1 miliar dosis vaksin setiap tahunnya untuk semua tujuh jenis vaksin.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia, perusahaan vaksin yang berkantor pusat di Kota Bandung itu sedikitnya harus memproduksi sekitar 1,4 miliar dosis vaksin.
"Pesanan dari beberapa negara Afrika seperti Mali, Aljazair dan beberapa negara di Asia terpaksa tidak bisa kita penuhi, padahal permintaanya cukup besar, khususnya di kawasan Afrika," kata Rustan.
Permintaan vaksin terbesar dari negara Afrika adalah vaksin DTP, polio dan vaksin campak.
Kebutuhan anggaran investasi sebesar Rp100 miliar itu di luar anggaran investasi untuk pembangunan pabrik vaksin H1N1 dan H5N1 yang saat ini sudah mulai digulirkan pembangunanya.
Peningkatan kapasitas produksi itu, menurut Rachman Rustan merupakan sebuah keharusan bagi pengembangan pasar dan usaha perusahaan vaksin nasional itu.
Bio Farma sebagai salah satu perusahaan vaksin dunia yang sudah mendapat lisensi dari WHO memiliki posisi tawar yang cukup besar.
"Fokus dalam beberapa tahun ke depan melakukan investasi baik dalam pengembangan kapasitas produksi maupun memproduksi vaksin baru, salah satunya untuk vaksin seasonal dan H1N1," katanya.
Ia menyebutkan, produksi vaksin PT Bio Farma difokuskan untuk memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri yang merupakan pesanan dari pemerintah.
Sebesar 40 persen produksi vaksin dipasok untuk kebutuhan dalam negeri, sedangkan 60 persen lainnya di ekspor ke luar negeri baik langsung maupun melalui WHO.
"Ekspor dilakukan dalam bentuk vaksin jadi maupun curah. India, Malaysia dan AS merupakan salah satu pasar potensial," katanya.
Fokus perusahaan dalam melakukan investasis sektor kapasitas produksi dan penelitian, membuat BUMN farmasi nasional itu tidak jor-joran memasang target pendapatan pada 2010.
"Pendapatan tahun 2009 lalu mencapai Rp1,1 triliun dengan keuntungan sekitar Rp200 miliar. Sedangkan target 2010 ini sekitar Rp1,2 triliun. Kita tidak menggenjot target karena lebih fokus pada investasi produksi dan penelitian untuk membuat vaksin baru," katanya.
Sementara itu PT Bio Farma pada 2009 lalu telah mampu memproduksi vaksin "seasonal flu" sebagai produk terbaru dari perusahaan negara itu.
Sedangkan pada semester ketiga 2010 ini ditargetkan Bio Farma sudah bisa memproduksi vaksin H1N1.
"Proses pembangunan fasilitas produksinya sudah dilakukan, salah satunya membangun produksi telur untuk media pembuatan vaksin. Tahun ini ditargetkan vaksin H1N1 sudah bisa diproduksi," kata Kepala Humas PT Bio Farma Tedi Herawan menambahkan.
B/Z003
(U.S033/B/Z003/Z003) 16-02-2010 17:57:55
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010