Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI) siap bekerjasama dengan PT Bio Farma Persero untuk pengembangan vaksin COVID-19, setelah dilakukan uji tuntas (due diligence) terhadap kapasitas perusahaan farmasi Indonesia itu.
“CEO CEPI menyampaikan bahwa hasil due diligence terhadap Bio Farma menunjukkan hasil yang sangat baik. Oleh karena itu, CEPI siap melakukan kerja sama dengan Bio Farma,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pengarahan media secara virtual usai bertemu pimpinan CEPI di sela-sela kunjungannya di London, Inggris, Rabu.
Hasil baik due diligence itu, menurut Retno, merupakan pengakuan terhadap kapasitas dan kualitas yang dimiliki Bio Farma untuk membuat vaksin.
Selain itu, CEPI juga menyambut baik keinginan Indonesia untuk melakukan kerja sama strategis jangka panjang dengan CEPI, antara lain untuk pengembangan berbagai platform teknologi rapid vaccine dan imunoprofilaksis untuk melawan patogen yang tidak diketahui serta melakukan riset dan pengembangan inovasi vaksin berpotensi epidemi/pandemi.
“Kita juga membahas peluang kerja sama strategis yang dapat dilakukan beyond (di luar kasus pandemi) COVID-19,” kata Retno.
Sebagai bentuk komitmen Indonesia terhadap upaya multilateral untuk menjamin akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau, maka selama pertemuan dengan CEPI, pemerintah Indonesia telah menyampaikan keinginanuntuk menjadi bagian dari Dewan Investor CEPI, dengan besaran kontribusi yang masih akan dibahas lebih lanjut antara kedua pihak.
CEPI bersama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) memimpin inisiatif Fasilitas Akses Global Vaksin COVID-19 (COVAX).
Inisiatif global tersebut bertujuan memastikan akses yang sama, setara, dan terjangkau bagi semua negara saat anti virus SARS-CoV-2 telah tersedia untuk publik.
Sedikitnya sembilan kandidat vaksin COVID-19 sedang dievaluasi lewat kerja sama COVAX.
Kandidat vaksin itu dibuat oleh sembilan perusahaan farmasi dan universitas dari berbagai negara, diantaranya Inovio (Amerika Serikat), Moderna (AS), CureVac (Jerman), Institut Pasteur/Merck/Themis (Prancis/AS/Austria), AstraZeneca/University of Oxford (Britania Raya dan Irlandia Utara), University of Hong Kong (China), Novavax (AS), Clover Biopharmaceuticals (China), dan University of Queensland/CSL (Australia).
Baca juga: Menristek ingin vaksin Merah Putih isi kebutuhan jangka panjang
Baca juga: Harga vaksin COVID-19 di Indonesia kisaran Rp200 ribu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020