Enam parpol diprediksi lolos ambang batas parlemen (parliamentary threshold) dengan perolehan suara PDI Perjuangan diperkirakan masih unggul dalam Pemilihan Umum 2024.
Temuan survei yang dilakukan Polmatrix Indonesia menunjukkan PDIP masih memuncaki elektabilitas meskipun turun dari 33,3 persen dalam survei sebelumnya pada bulan Mei 2020 menjadi 28,7 persen.
Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto dalam rilisnya di Jakarta, Rabu, menyebutkan enam partai politik berhasil mengamankan diri di atas ambang batas jika parliamentary threshold pada angka 4 persen.
Menyusul PDIP adalah Gerindra (dari 13,7 persen menjadi 13,9 persen), Golkar (9,7—8,4 persen), PKS (5,4—5,8 persen), PKB (6,7—5,3 persen), dan Partai Solidaritas Indonesia (4,3—4,5 persen).
"Jika pemilu digelar saat ini, elektabilitas PDIP masih tetap nomor satu dan enam parpol lolos ambang batas 4 persen, termasuk PSI yang tidak memiliki kursi pada Pemilu Anggota DPR RI 2019," katanya menjelaskan.
Menurut Dendik, unggulnya PDIP tidak dapat dilepaskan dari posisinya sebagai parpol utama dalam pemerintahan.
Sementara itu, PSI yang hanya memiliki kursi di tingkat DPRD provinsi dan kabupaten/kota tampak bakal mendulang dukungan publik. Jika kondisi ini bertahan, besar kemungkinan PSI akan lolos ke Senayan pada pemilu mendatang.
Elektabilitas sejumlah parpol Senayan masih berada di bawah 4 persen, yaitu NasDem (4,1—3,9 persen), Demokrat (3,8—3,7 persen), PAN (2,2—2,0 persen), dan PPP (1,5—1,7 persen).
"Jika memperhitungkan margin of error, parpol-parpol tersebut masih berpeluang lolos, kecuali PPP yang masih tipis di bawah 4 persen," kata Dendik.
Nasib PPP bisa berakhir tragis seperti Hanura yang tersingkir dalam Pemilu 2019. Nasib Hanura juga tampaknya masih belum akan membaik karena elektabilitasnya masih sangat kecil (0,9—0,6 persen). Hanura menjadi parpol papan bawah bersama dengan Perindo (1,1—0,9 persen), Berkarya (0,3—0,4 persen), PBB (0,2—0,1 persen), sedangkan PKPI dan Garuda 0 persen.
Dinamika yang terjadi dalam kurang dari 4 tahun ke depan masih sangat mungkin berubah. Parpol-parpol harus memainkan strategi untuk menambah elektabilitas atau setidaknya menjaga posisi saat ini.
Sebagai catatan, masih ada 20,1 persen yang menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab, naik dari 13,6 persen dalam survei sebelumnya.
Survei Polmatrix Indonesia dilakukan pada tanggal 1—10 September 2020, dengan jumlah responden 2.000 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Metode survei dilakukan dengan menghubungi melalui sambungan telepon terhadap responden survei sejak 2019 yang dipilih secara acak. Margin of error survei sebesar ±2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: Survei sebut 81,1 persen publik lebih pilih penerapan protokol kesehatan
Baca juga: Survei: Publik meminta Pilkada 2020 ditunda
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Temuan survei yang dilakukan Polmatrix Indonesia menunjukkan PDIP masih memuncaki elektabilitas meskipun turun dari 33,3 persen dalam survei sebelumnya pada bulan Mei 2020 menjadi 28,7 persen.
Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto dalam rilisnya di Jakarta, Rabu, menyebutkan enam partai politik berhasil mengamankan diri di atas ambang batas jika parliamentary threshold pada angka 4 persen.
Menyusul PDIP adalah Gerindra (dari 13,7 persen menjadi 13,9 persen), Golkar (9,7—8,4 persen), PKS (5,4—5,8 persen), PKB (6,7—5,3 persen), dan Partai Solidaritas Indonesia (4,3—4,5 persen).
"Jika pemilu digelar saat ini, elektabilitas PDIP masih tetap nomor satu dan enam parpol lolos ambang batas 4 persen, termasuk PSI yang tidak memiliki kursi pada Pemilu Anggota DPR RI 2019," katanya menjelaskan.
Menurut Dendik, unggulnya PDIP tidak dapat dilepaskan dari posisinya sebagai parpol utama dalam pemerintahan.
Sementara itu, PSI yang hanya memiliki kursi di tingkat DPRD provinsi dan kabupaten/kota tampak bakal mendulang dukungan publik. Jika kondisi ini bertahan, besar kemungkinan PSI akan lolos ke Senayan pada pemilu mendatang.
Elektabilitas sejumlah parpol Senayan masih berada di bawah 4 persen, yaitu NasDem (4,1—3,9 persen), Demokrat (3,8—3,7 persen), PAN (2,2—2,0 persen), dan PPP (1,5—1,7 persen).
"Jika memperhitungkan margin of error, parpol-parpol tersebut masih berpeluang lolos, kecuali PPP yang masih tipis di bawah 4 persen," kata Dendik.
Nasib PPP bisa berakhir tragis seperti Hanura yang tersingkir dalam Pemilu 2019. Nasib Hanura juga tampaknya masih belum akan membaik karena elektabilitasnya masih sangat kecil (0,9—0,6 persen). Hanura menjadi parpol papan bawah bersama dengan Perindo (1,1—0,9 persen), Berkarya (0,3—0,4 persen), PBB (0,2—0,1 persen), sedangkan PKPI dan Garuda 0 persen.
Dinamika yang terjadi dalam kurang dari 4 tahun ke depan masih sangat mungkin berubah. Parpol-parpol harus memainkan strategi untuk menambah elektabilitas atau setidaknya menjaga posisi saat ini.
Sebagai catatan, masih ada 20,1 persen yang menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab, naik dari 13,6 persen dalam survei sebelumnya.
Survei Polmatrix Indonesia dilakukan pada tanggal 1—10 September 2020, dengan jumlah responden 2.000 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Metode survei dilakukan dengan menghubungi melalui sambungan telepon terhadap responden survei sejak 2019 yang dipilih secara acak. Margin of error survei sebesar ±2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: Survei sebut 81,1 persen publik lebih pilih penerapan protokol kesehatan
Baca juga: Survei: Publik meminta Pilkada 2020 ditunda
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020