Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengungkapkan tempat-tempat yang rawan terjadi penularan COVID-19 dari orang ke orang adalah yang menjadi tempat berkumpulnya banyak orang dalam waktu yang lama.
"Tempat yang sangat rawan dan memungkinkan terjadinya penularan, yaitu tempat dimana orang bertemu, berkumpul dengan waktu yang cukup lama. Misalnya di kantor," kata Yurianto di Graha BNPB Jakarta yang dipantau melalui kanal YouTube, Minggu.
Oleh karena itu, dia mengingatkan agar pengelola kantor memperhatikan pengaturan tempat kerja dan waktu kerja karyawan agar protokol kesehatan jaga jarak bisa dilaksanakan. "Pastikan tetap menggunakan masker dengan benar walaupun di kantor," kata Yurianto.
Selain perkantoran, salah satu tempat yang paling rawan terjadinya penularan virus corona baru adalah di pasar tradisional. Yurianto mengingatkan kepada Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di daerah melakukan pengaturan operasional pasar agar semua pengunjung dan penjual bisa sama-sama menjalankan protokol kesehatan.
Tempat lain yang juga rawan terjadi penularan adalah tempat makan, khususnya di rumah makan daerah perkantoran, karena banyak dikunjungi oleh karyawan pada jam makan siang secara bersamaan.
Yurianto meminta masyarakat harus mewaspadai hal tersebut dan sebisa mungkin agar tetap aman dan tidak tertular virus corona baru tersebut. Hal yang sebenarnya dikhawatirkan oleh Yurianto adalah di saat para pekerja tersebut pulang membawa virus dan bisa menularkan kepada anggota keluarga di rumah yang berisiko tinggi.
"Ingat apabila yang aktif bekerja kemudian terinfeksi, pulang ke rumah, di tengah keluarga sangat mungkin kontak dengan anggota keluarga, dengan anak, saudara, orang tua yang akan sangat memungkinkan terjadinya penularan," jelas Yurianto.
Yurianto mengungkapkan bahwa masih tingginya penambahan kasus positif COVID-19 setiap harinya menggambarkan ketidakdisiplinan dan ketidakpatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.
"Artinya masih ada orang yang sakit, orang yang positif COVID-19, tapi tidak isolasi diri dengan baik. Masih ada kontak tracing yang dirawat belum bisa diperiksa di laboratoriumnya, dan belum bisa isolasi diri dengan baik. Masih ada kelompok rentan yang tertular karena tidak patuh menjaga jarak, tidak menggunakan masker, dan tidak cuci tangan," kata Yurianto.
Baca juga: Kasus virus corona global hampir 10 juta, dengan lebih 497.000 kematian
Baca juga: 58 persen wilayah Indonesia masuk zona hijau COVID-19
Baca juga: Pemkot Bogor antisipasi peningkatan lagi kasus COVID-19 pada Juli-Agustus
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Tempat yang sangat rawan dan memungkinkan terjadinya penularan, yaitu tempat dimana orang bertemu, berkumpul dengan waktu yang cukup lama. Misalnya di kantor," kata Yurianto di Graha BNPB Jakarta yang dipantau melalui kanal YouTube, Minggu.
Oleh karena itu, dia mengingatkan agar pengelola kantor memperhatikan pengaturan tempat kerja dan waktu kerja karyawan agar protokol kesehatan jaga jarak bisa dilaksanakan. "Pastikan tetap menggunakan masker dengan benar walaupun di kantor," kata Yurianto.
Selain perkantoran, salah satu tempat yang paling rawan terjadinya penularan virus corona baru adalah di pasar tradisional. Yurianto mengingatkan kepada Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di daerah melakukan pengaturan operasional pasar agar semua pengunjung dan penjual bisa sama-sama menjalankan protokol kesehatan.
Tempat lain yang juga rawan terjadi penularan adalah tempat makan, khususnya di rumah makan daerah perkantoran, karena banyak dikunjungi oleh karyawan pada jam makan siang secara bersamaan.
Yurianto meminta masyarakat harus mewaspadai hal tersebut dan sebisa mungkin agar tetap aman dan tidak tertular virus corona baru tersebut. Hal yang sebenarnya dikhawatirkan oleh Yurianto adalah di saat para pekerja tersebut pulang membawa virus dan bisa menularkan kepada anggota keluarga di rumah yang berisiko tinggi.
"Ingat apabila yang aktif bekerja kemudian terinfeksi, pulang ke rumah, di tengah keluarga sangat mungkin kontak dengan anggota keluarga, dengan anak, saudara, orang tua yang akan sangat memungkinkan terjadinya penularan," jelas Yurianto.
Yurianto mengungkapkan bahwa masih tingginya penambahan kasus positif COVID-19 setiap harinya menggambarkan ketidakdisiplinan dan ketidakpatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.
"Artinya masih ada orang yang sakit, orang yang positif COVID-19, tapi tidak isolasi diri dengan baik. Masih ada kontak tracing yang dirawat belum bisa diperiksa di laboratoriumnya, dan belum bisa isolasi diri dengan baik. Masih ada kelompok rentan yang tertular karena tidak patuh menjaga jarak, tidak menggunakan masker, dan tidak cuci tangan," kata Yurianto.
Baca juga: Kasus virus corona global hampir 10 juta, dengan lebih 497.000 kematian
Baca juga: 58 persen wilayah Indonesia masuk zona hijau COVID-19
Baca juga: Pemkot Bogor antisipasi peningkatan lagi kasus COVID-19 pada Juli-Agustus
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020