Presiden Joko Widodo mengingatkan jajaran menteri dan kepala daerah untuk bersiap dengan skenario dalam mengantisipasi dampak negatif terhadap ekonomi dari pandemi COVID-19, termasuk kemungkinan terjadinya resesi ekonomi global.
“Dan berbagai lembaga internasional, baik IMF (Dana Monter Internasional), Bank Dunia, dan lain-lain sudah memprediksi ekonomi global 2020 akan memasuki periode resesi. Itung-itungan terakhir yang saya terima, ekonomi bisa tumbuh negatif,” ujarnya dalam sidang kabinet paripurna melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Presiden menerima laporan bahwa pertumbuhan ekonomi global dapat terkontraksi mencapai -2,8 persen pada tahun ini karena situasi pandemi virus Corona jenis baru.
"Oleh sebab itu kita harus menyiapkan diri dengan berbagai skenario," ujarnya.
Untuk Indonesia, Kepala Negara menyebutkan memang terdapat potensi perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Penurunan laju kegiatan ekonomi itu tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di hampir seluruh negara di dunia.
“Kita harus berbicara apa adanya. Target pembangunan dan pertumbuhan ekonomi 2020 akan terkoreksi cukup tajam,” ujarnya.
Baca juga: Stok pangan nasional mencukupi hingga empat bulan ke depan
Presiden meminta masyarakat tetap optimstistis bahwa pemulihan ekonomi akan cepat terjadi, setelah masalah COVID-19 terselesaikan.
“Kita juga tidak boleh pesimistis. Kita harus tetap berikhtiar, berusaha, bekerja keras dalam upaya pemulihan. Baik pemulihan kesehatan maupun pemulihan ekonomi. Insya Allah kita bisa,” ujar dia,
Di instrumen fiskal APBN 2020, pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi domestik sebesar 5,3 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya memaparkan sebuah skenario berat, jika dampak COVID-19 terus berlanjut, maka pertumbuhan ekonomi domestik bisa hanya mencapai 2,3 persen di 2020.
Baca juga: Presiden Jokowi resmi tetapkan pandemi COVID-19 bencana nasional
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020